SOLOPOS.COM - Tatang Elni Wibowo sedang menunjukkan kain batik bermotif sejumlah anak-anak koran lubang tambang di Kalimatan. Di dalam ruang galerinya di Dusun Tembi, Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Bantul, Rabu (16/11/2016) (Irwan A. Syambudi/Harian Jogja)

Kerajinan Bantul berupa batik masih terus dipromosikan

Harianjogja.com, BANTUL-Pemerintah Kabupaten Bantul terus menggencarkan promosi dan penjualan produk batik khas Bantul.

Promosi Timnas Garuda Luar Biasa! Tunggu Kami di Piala Asia 2027

Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Kabupaten Bantul Sunarto pada Kamis (2/3/2017) mengatakan, upaya tersebut dilakukan mengingat industri batik dinilai mampu mengangkat perekonomian perajin.

Sunarto mengakui, mempromosikan batik Bantul bukan hanya ia lakukan saat ia sudah berada di Disbud, melainkan sejak ia aktif di Bagian Humas. Lewat mengikuti pameran di mana-mana.

Ketua Dekranasda Erna Kusmawati menyebutkan, tren batik semakin berkembang. Batik tidak lagi hanya digunakan sebagai pakaian resmi, melainkan juga pakaian yang bisa dikenakan sehari-hari.

Erna juga menyatakan, perajin batik di Bantul tersebar hampir di tiap-tiap kecamatan, mereka juga memiliki motif beragam dan khas di masing-masing kecamatan. Hanya saja memang yang selama ini dikenal banyak orang hanyalah perajin di Pandak dan Imogiri.

Ia menilai, batik Bantul perlu terus-menerus diikuti dengan beragam inovasi dari para perajin. Agar batik semakin memiliki peluang masuk dan berkembang di pasaran.

Pemasaran dan penjualan batik Bantul bersaing dengan printing, mengingat masih banyak yang mengira baju dengan motif batik printing itu batik yang sesungguhnya. Padahal, kendati memiliki bahan tekstil yang lebih bagus, printing bukanlah batik.

“Kami berharap dan berupaya batik printing atau pabrikan itu tidak masuk ke Bantul, agar perajin bisa terangkat,” lanjut dia.

Dipasarkan Hingga Ke Luar Negeri

Batik produksi perajin Desa Triharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, bukan hanya dipasarkan ke berbagai kota di dalam negeri, melainkan juga sampai ke luar negeri.

Salah seorang perajin batik Bantul yakni Budi Harjo menyebutkan, untuk di dalam negeri, batik Bantul dipasarkan ke Jakarta, Surabaya, Bandung, Kalimantan. Sedangkan untuk pasar luar negeri, batik Bantul melanglang hingga ke Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand. Batik-batik tersebut ada yang dijual langsung, namun ada juga yang dijual lewat pihak ketiga.

Ketika ditanyai soal angka produksi, Budi mengatakan, dalam sebulan industri kerajinan batik yang dimilikinya bisa memproduksi sekitar dua ribuan lembar kain batik cap. Sedangkan angka batik tulis kombinasi hanya sekitar seratus lembar per bulan.
Selanjutnya, batik tulis keseluruhan diproduksi dalam jumlah lebih kecil, yakni sekitar 30 lembar per bulan.

“Untuk membuat batik tulis membutuhkan waktu dan proses yang lama. Kami bertahan hanya memproduksi batik cap dan tulis karena itulah keunggulan batik Bantul,” ujar lelaki yang berkarya di Triharjo, Pandak itu.

Batik hasil produksinya, dijual Rp70.000 per lembar untuk yang paling murah, dengan ukuran dua meter kali satu seperempat meter. Untuk batik cap dibanderol Rp35.000 per meter, sedangkan batik tulis dijual dengan Rp600.000 per lembar.

Budi menuturkan, pertumbuhan industri batik begitu berkembang, bahkan sampai membuat Kecamatan Pandak menjadi salah satu sentra batik di wilayah Bantul.

Tercatat, di Pandak ada begitu banyak perajin batik, imbuh dia. Seperti misalnya di Desa Gilangharjo ada 14 perajin, Desa Caturharjo ada lima perajin, Desa Wijirejo ada 24 perajin. Kemudian di Triharjo ada 12 perajin batik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya