SOLOPOS.COM - Anggota KWT Karanglo Makmur mengemas keripik daun singkong di Karanglo, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman. (Harian Jogja/Rima Sekarani I.N)

Daun singkong memang sudah biasa diolah sebagai makanan. Aneka sayur lezat bisa disajikan dari daun yang mengandung zat antioksidan ini. Lalu bagaimana jika diolah menjadi keripik? Berikut laporan wartawan Harianjogja.com, Rima Sekarani I.N.

Enam tahun lalu, Inah Hadi Purnomo memulai usahanya dengan membuat keripik singkong. Awalnya, dia hanya mencoba memotong tipis-tipis singkong dengan pisau. Menggoreng dan meniriskan minyaknya pun masih manual.

Promosi Moncernya Industri Gaming, Indonesia Juara Asia dan Libas Kejuaraan Dunia

Keripik singkong lalu sukses jadi primadona di sekitar rumahnya, di Karanglo, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman. Inah membungkusnya kecil-kecil dan dihargai Rp500 per bungkus. Dia lalu menitipkannya di sekolah-sekolah, toko kelontong, maupun dijadikan camilan pelengkap sajian snack dalam berbagai acara.

“Berjalan enam bulan, kok peminatnya berkurang. Jadi saya coba cari inovasi baru,” ucap ibu dari empat anak ini saat ditemui, Kamis (4/12/2014).

Inah mengatakan, inovasi pertama yang dia buat saat itu adalah keripik berbahan daun singkong. Selain mudah mengolahnya, bahan bakunya pun mudah didapat. Sebab, hingga kini, tetangga sekitarnya yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Karanglo Makmur, juga menanam singkong.

Daun singkong yang telah dicuci bersih direbus sebentar di air mendidih. Tidak perlu lama-lama, cukup lima menit saja. Selanjutnya, daun singkong dipelintir dengan gerakan seperti melinting rokok. “Satu per satu nanti dipelintir secara manual juga. Lalu langsung dicelukan ke tepung dan digoreng,” ucap Inah sambil menunjukkan daun singkong yang telah direbus di dapur rumahnya.

Menurut Inah, sebenarnya pembuatan keripik daun singkong itu mudah, tapi harus telaten. Selain harus melinting satu per satu, menggorengnya pun juga begitu. Hanya meniriskan minyaknya saja yang menggunakan alat bantu peniris minyak atau spinner.

Satu kilogram keripik daun singkong dijual seharga Rp37.000. “Lama-lama peminatnya agak berkurang. Namun, ini masih jadi salah satu andalan dan tetap berjalan sampai sekarang,” kata Inah.

Sekilas, tampilan keripik daun singkong yang memanjang mirip keripik belut. Tidak heran, pembeli sering mengira sebagai keripik belut. Namun, saat digigit dan diicipi, akan muncul rasa khas daun singkong yang sedikit pahit di antara gurihnya tepung bumbu.

Selain daun singkong, Inah juga mengolah daun-daun lain seperti bayam, kenikir, dan daun sirih merah menjadi keripik. Usaha itu digeluti sejak 2009. Dia juga membuat keripik pisang. Akhir 2009, dia bahkan mencoba mengolah bonggol pisang menjadi keripik.

“Waktu itu saya ikut pelatihan, kemudian melihat ada orang yang menjual keripik bonggol pisang. Setelah pulang, saya coba saja di rumah,” kata perempuan berusia 62 tahun itu.

Saat ini, usaha yang kemudian dia kembangkan bersama anggota-anggota KWT Karanglo Makmur bisa menghasilkan 40 hingga 50 kilogram aneka keripik setiap minggu. Pihaknya sudah melengkapi sertifikasi produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), sementara label halal masih dalam proses pengajuan.

“Produk juga kami kirim ke Lampung dan Kalimantan untuk dijual lagi di sana,” papar Inah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya