SOLOPOS.COM - Suasana panggung keroncong di pinggiran Code, kawasan Kampung Wisata Brontokusuman, Mergangsan, Kota Jogja, Sabtu (22/4/2017) malam. (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

Kampung Wisata Dewa Broto Kelurahan Brontokusuman Mergangsan Kota Jogja menggelar panggung keroncong di bibir Sungai Code, pada Sabtu (22/4/2017) malam

Harianjogja.com, JOGJA – Kampung Wisata Dewa Broto Kelurahan Brontokusuman Mergangsan Kota Jogja menggelar panggung keroncong di bibir Sungai Code, pada Sabtu (22/4/2017) malam. Hiburan itu sebagai rangkaian acara Merti Tumpeng Robyong Raja Melawan Arus yang dihelat sore harinya.

Promosi Pemilu 1955 Dianggap Paling Demokratis, Tentara dan Polisi Punya Partai Politik

Panggung dengan menghadirkan seniman keroncong itu didirikan di bibir code sisi barat kawasan Brontokusuman. Panggung dengan menghadap ke sungai Code, sementara para pengunjung dapat menyaksikan di ruang jalanan kampung yang berada di pinggiran sungai tersebut.

Ketua Kampung Wisata Dewa Broto Kelurahan Brontokusuman Mergangsan Kota Jogja Marsudi Raharjo menjelaskan, panggung keroncong sebagai pelengkap dari rangkaian merti tumpeng. Namun, respon masyarakat ternyata sangat besar. Terbukti banyak warga berdatangan dalam acara yang berlangsung hingga pukul 22.00 WIB itu.

Ia menambahkan, pertunjukan malam hari itu sekaligus untuk mendukung pemberdayaan ekonomi warga yang membuka berbagai aneka kuliner. “Ini acara tahunan tetapi selalu kami kembangkan, agar menjadi daya tarik tersendiri,” ungkapnya, kepada Harianjogja.com Sabtu (22/4/2017).

Menurutnya, personel keroncong yang ditampilkan juga hasil pemberdayaan masyarakat. Kelompok keroncong bernama Sorlem yang merupakan kepanjangan dari Ngisor Pelem itu merupakan grup dari warga Brontokusuman.

“Keroncong ini potensi kami. Karena kami akan membuat pasar sore di sekitar sini [Code], yang berjualan ya warga sekitar, nah keroncong ini sebagai hiburan pendukung,” ujarnya.

Sedangkan kegiatan sore harinya merupakan acara tradisi cerita rakyat melalui simbolisasi raja melawan arus Code. Jika tahun sebelumnya raja selalu diperankan oleh Lurah setempat, namun untuk tahun ini simbolisasi raja diperankan oleh pemuda kampung setempat yang juga pemenang lomba dimas diajeng kampung wisata.

Raja tersebut ditandu oleh para prajurit yang semuanya mengenakan pakaian adat kemudian berjalan ke arah utara menelusuri sungai Code.

“Biasanya kan sambil nyebar udik-udik, nah dalam prosesi ini udik-udik itu kami ganti dengan ikan yang langsung disebar di Code. Kami ingin memunculkan kembali ajaran leluhur kami. Jadi paket wisata kami peduli budaya dan peduli lingkungan. Responnya juga besar, banyak turis asing yang datang,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya