Jogja
Jumat, 4 November 2016 - 07:40 WIB

KERUSAKAN LINGKUNGAN BANTUL : Talut di Sungai Winongo dan Sungai Gajah Wong Ambrol

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga tengah mencari ikan di tepian Kali Winongo, Selasa (22/9/2015). (Harian Jogja/Arief Junianto)

Kondisi bantaran sungai Gajah Wong, tepatnya di sekitar wilayah Sorowajan, kini memang sudah tak lagi kondusif.

Harianjogja.com, BANTUL-Kekhawatiran akan dampak dari kritisnya kondisi sungai besar di Bantul terbukti. Dalam semalam, dua talut di dua sungai, masing-masing Sungai Winongo dan Sungai Gajah Wong ambrol. Bahkan satu diantaranya memakan korban bangunan rumah milik warga.

Advertisement

Di Sorowajan Baru, Desa Banguntapan misalnya Rabu (2/11/2016) sekitar pukul 19.00, warga indekos milik Joko Waluyo yang berada di Sorowajan Baru RT 14/RW12 dikejutkan lantaran sebagian bangunan dapur mereka ambrol.

Menurut Triyuwanto, Koordinator Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Banguntapan, ambrolnya bangunan dapur itu dipicu oleh pergerakan tanah talut di bantaran Sungai Gajah Wong lantaran tak kuat menahan beban bangunan di atasnya. Selain itu, ia memperkirakan arah arus sungai yang kini berkelok juga mempengaruhi kepadatan tanah talut tersebut.

Ia mengakui, kondisi bantaran sungai Gajah Wong, tepatnya di sekitar wilayah Sorowajan, kini memang sudah tak lagi kondusif. Perubahan arah arus sungai akibat sedimentasi dan banyaknya bangunan yang didirikan di tepi sungai membuat kondisi sungai kian kritis. “Contohnya saja lebar sungai ini, yang dulu 8 meter, sekarang tinggal 6 meter saja,” katanya.

Advertisement

Akibatnya, talut sepanjang 20 meter degan ketinggian mencapai 1,5 meter itu pun menjadi korbannya. Namun lantaran wilayah itu merupakan kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO), maka pihaknya pun tak berani melakukan pembersihan sisa reruntuhan di tepi sungai. “Untuk sementara kami biarkan saja dulu sampai ada petugas BBWSO datang,” katanya saat ditemui di lokasi kejadian, Kamis (3/12/2016) pagi.

Di lokasi lain, tepatnya di kawasan Desa Donotirto, Kecamatan Kretek, talut yang berada di bantaran sungai Winongo pun mengalami hal yang sama. Hanya berjarak beberapa jam dari ambrolya talut di Sorowajan Baru, talut sepanjang 20 meter itu juga ambrol.

Hanya saja, talut yang berjarak beberapa meter dari lokasi Bendung Karang itu tak menelan korban material. Pasalnya, lokasi talut lebih difungsikan sebagai tanggul sungai, sehingga tanaman yang ada di atasnya pun bukan berjenis tanaman pekarangan.

Advertisement

Meski begitu, Kepala Seksi Operasi Jaringan Irigasi Dinas Sumber Daya Air (SDA) Bantul Yitno mengakui, ambrolnya dua talut di bantaran sungai besar itu merupakan bukti kondisi sungai di Bantul kini terbilang tak normal. Sedimentasi dan arah arus yang bergeser berdampak pada tidak normalnya aliran sungai. “Yang seharusnya arus lurus, jadi berbelok. Tanah yang tertempa tekanan besar air pun tak bisa menahannya. Akhirnya tanah pun bergerak,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif