SOLOPOS.COM - Jaring di sawah (JIBI/Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah)

Kerusakan tanah pertanian di Bantul kian parah

Harianjogja.com, BANTUL—Kerusakan lahan pertanian di Bantul dari tahun ke tahun semakin parah. Kerusakan kualitas tanah pertanian antara lain terlihat dari penggunaan pupuk kimia yang semakin banyak.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Ketua Kelompok Tani Dusun Dengukan, Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Jumeri mengungkapkan, saat ini lahan seluas satu hektare tidak lagi cukup dipupuk sebanyak tiga kuintal urea seperti lima tahun lalu.

Satu hektare lahan kini menyedot sekitar lima kuintal pupuk. Bila dosis itu tidak dipenuhi, produksi padi dipastikan menurun.

“Jadi sekarang itu ketergantungan dengan pupuk kimia semakin besar karena lahan semakin rusak,” ujar Jumeri, Jumat (10/4/2015).

Padahal harga pupuk kimia dari waktu ke waktu terus naik. Kondisi ini merugikan petani, ditambah lagi harga gabah sering jatuh pada musim panen raya.

Petani lainnya dari Desa Palbapang, Purwodiarjo juga mengungkapkan hal serupa. Satu lubang tanaman padi miliknya membutuhkan pupuk kimia hampir satu kilogram. “Dulu lima tahun lalu satu lubang setengah kilo pupuk saja sudah cukup, sekarang mana cukup,” ujarnya.

Purwodiarjo pernah mengurangi pupuk kimia pada tanamannya, namun justru kerugian yang ia dapat. Hasil panen padinya diklaim turun hingga 15%.

Selain menyedot banyak pupuk, indikasi memburuknya kualitas tanah pertanian juga terlihat secara kasat mata. “Tanah yang sudah rusak itu, keras dan kering,” katanya menjelaskan.

Sejatinya, petani dapat memulihkan kualitas tanah dengan meningkatkan penggunaan pupuk organik. Namun petani harus siap untuk rugi dengan penurunan hasil pertanian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya