SOLOPOS.COM - Nyamuk Aedes Aegypti jenis inilah yang menyebarkan penyakit chikungunya dan DBD lewat gigitan pada manusia. (Dok/JIBI/Solopos)

Masyarakat diimbau tidak perlu kawatir sebab dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) penyebaran virus tersebut bisa diantisipasi.
Harianjogja.com, SLEMAN– Organisasi Kesehatan Dunia/WHO mengeluarkan status darurat global menghadapi penyebaran virus Zika. Kendati demikian, masyarakat diimbau tidak perlu kawatir sebab dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) penyebaran virus tersebut bisa diantisipasi.
Peneliti Utama Eliminate Dengue Project (EDP) Fakultas Kedokteran UGM Riris Andono Ahmad mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir dengan kasus virus Zika. Pasalnya, virus Zika yang menjadi perhatian global tersebut sampai saat ini belum jelas identifikasinya di Indonesia. “Masih butuh penelitian lebih lanjut, apakah keberadaan mikrosefalus (kecacatan otak) yang terjadi di Brazil itu, ada kaitannya virus Zika yang dibawa nyamuk aides aegypti itu,” katanya, Kamis (4/2/2016).
Donnie, sapaan akrabnya, menegaskan agar masyarakat tidak perlu panik menghadapi penularan Zika. Menurutnya, dampak dari yang ditimbulkan Zika tidak lebih parah dari Cikungunya maupun Demam Berdarah Dengue (DBD). “Secara klinis, virus ini lebih ringan dari Cikungunya dan DBD. Kedua penyakit yang dibawa nyamuk aides aegypti itu bisa menyebabkan kematian cukup besar dibanding Zika,” jelasnya.
Dia juga menyampaikan, agar masyarakat yang akan berpergian keluar negeri tidak perlu terlalu khawatir. Masyarakat cukup menghindari negara-negara yang dinyatakan endemis Zika saja, terutama bagi ibu-ibu hamil. Yang perlu dilakukan saat ini, katanya, masyarakat diminta untuk menjaga kebersihan lingkungan. Salah satunya dengan melakukan gerakan 3M untuk pemberantasan sarang nyamuk.
“Pencegahan bisa dilakukan seperti pada kasus DBD. Upaya preventif dan kewaspadaan ini bisa menjadi solusi untuk menghindari virus Zika. Tidak perlu terlalu ditakuti, yang penting kewaspadaan terus dijaga,” jelasnya.
Upaya untuk meningkatkan PHBS itu bukan tanpa alasan. Data terbaru yang dikeluarkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman mencatat hingga Februari ini jumlah penderita DBD mencapai 51 kasus. Jumlah tersebut terus meningkat dari data akhir Januari lalu sebanyak 29 kasus. Hanya satu penderita DBD yang dinyatakan meninggal. “Ini yang perlu diwaspadai,” kata Kepala Dinkes Sleman Mafilindati.

Promosi Keturunan atau Lokal, Mereka Pembela Garuda di Dada

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya