SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Para peternak itu memberi makan babi dengan sampah sisa makanan sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan.

 

Promosi Uniknya Piala Asia 1964: Israel Juara lalu Didepak Keluar dari AFC

 

Ilustrasi Peternakan Babi (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi Peternakan Babi (Dok/JIBI/Solopos)

Harianjogja.com, SLEMAN – Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Pemkab Sleman memastikan sejumlah peternak babi di Dusun Gancahan, Sidomulyo, Godean tidak memiliki gabungan kelompok seperti peternak pada umumnya sehingga susah diarahkan. Selain itu, para peternak itu memberi makan babi dengan sampah sisa makanan sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan.

Berdasarkan penelusuran Harian Jogja, area peternakan babi di RT07/RW18 Gancahan VIII Sidomulyo, Godean, rata-rata piaraan babi diberi makan sampah sisa makanan manusia. Tampak ada dua karyawan peternakan yang memilah sampah makanan itu di area tersebut dengan dikerumuni ribuan lalat. Makanan bekas yang sudah menimbulkan bau menyengat itu selanjutnya menjadi santapan babi tersebut.

Babi-babi itu diditampung dalam sejumlah bilik berukuran sekitar 2 x 2 meter dengan ketinggian sekitar satu meter. Kemudian tiap bilik tersebut terdapat pipa peralon yang langsung tersambung dengan aliran irigasi kampung berlokasi di pinggir jalan. Limbah dalam kandang babi itu dengan sendirinya keluar ke irigasi melalui pipa-pipa tersebut dan bisa disaksikan warga yang melintasi jalan. Selain itu area peternakan dengan puluhan bilik itu tidak tertutup sama sekali. Keberadaan limbah dan polusi udara itu disebut-sebut menjadi pemicu protes warga.

Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Pemkab Sleman Suwandi Aziz mengakui hasil identifikasi di lapangan, area peternakan babi tersebut dinilai bukan termasuk budidaya peternakan. Alasannya, untuk mendapat keuntungan besar, peternak tidak memberi makanan babi sebagaimana mestinya. “Harus makanan yang diberikan itu konsentrat pada umumnya, tapi peternak memberi makan babi dengan sisa-sisa makanan [manusia] yang itu seperti sampah. Tidak bisa disebut budidaya,” tegas Suwandi, Rabu (6/1/2016).

Menurutnya, meski telah ada bertahun-tahun peternak babi namun tidak masuk dalam daftar kelompok tani ternak. Peternak babi, kata Suwandi, cenderung menyendiri dan tidak mau membuat kelompok tani sehingga dinas kesulitan melakukan pengawasan. Oleh sebab itu, ia mengakui tidak pernah melakukan pembinaan terhadap mereka. Terkait adanya penolakan warga akan keberadaan peternakan itu, pihaknya masih membahasnya dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sleman. “Saya juga heran mengapa peternak babi ini tidak seperti peternak lain, mereka lebih senang menyendiri tertutup,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya