Jogja
Kamis, 7 Januari 2016 - 03:40 WIB

KESEHATAN TERNAK : Kasih Makan Babi Sampah Makanan Sisa Picu Pencemaran Lingkungan

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Para peternak itu memberi makan babi dengan sampah sisa makanan sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan.

 

Advertisement

 

Ilustrasi Peternakan Babi (Dok/JIBI/Solopos)

Harianjogja.com, SLEMAN – Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Pemkab Sleman memastikan sejumlah peternak babi di Dusun Gancahan, Sidomulyo, Godean tidak memiliki gabungan kelompok seperti peternak pada umumnya sehingga susah diarahkan. Selain itu, para peternak itu memberi makan babi dengan sampah sisa makanan sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan.

Advertisement

Berdasarkan penelusuran Harian Jogja, area peternakan babi di RT07/RW18 Gancahan VIII Sidomulyo, Godean, rata-rata piaraan babi diberi makan sampah sisa makanan manusia. Tampak ada dua karyawan peternakan yang memilah sampah makanan itu di area tersebut dengan dikerumuni ribuan lalat. Makanan bekas yang sudah menimbulkan bau menyengat itu selanjutnya menjadi santapan babi tersebut.

Babi-babi itu diditampung dalam sejumlah bilik berukuran sekitar 2 x 2 meter dengan ketinggian sekitar satu meter. Kemudian tiap bilik tersebut terdapat pipa peralon yang langsung tersambung dengan aliran irigasi kampung berlokasi di pinggir jalan. Limbah dalam kandang babi itu dengan sendirinya keluar ke irigasi melalui pipa-pipa tersebut dan bisa disaksikan warga yang melintasi jalan. Selain itu area peternakan dengan puluhan bilik itu tidak tertutup sama sekali. Keberadaan limbah dan polusi udara itu disebut-sebut menjadi pemicu protes warga.

Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Pemkab Sleman Suwandi Aziz mengakui hasil identifikasi di lapangan, area peternakan babi tersebut dinilai bukan termasuk budidaya peternakan. Alasannya, untuk mendapat keuntungan besar, peternak tidak memberi makanan babi sebagaimana mestinya. “Harus makanan yang diberikan itu konsentrat pada umumnya, tapi peternak memberi makan babi dengan sisa-sisa makanan [manusia] yang itu seperti sampah. Tidak bisa disebut budidaya,” tegas Suwandi, Rabu (6/1/2016).

Advertisement

Menurutnya, meski telah ada bertahun-tahun peternak babi namun tidak masuk dalam daftar kelompok tani ternak. Peternak babi, kata Suwandi, cenderung menyendiri dan tidak mau membuat kelompok tani sehingga dinas kesulitan melakukan pengawasan. Oleh sebab itu, ia mengakui tidak pernah melakukan pembinaan terhadap mereka. Terkait adanya penolakan warga akan keberadaan peternakan itu, pihaknya masih membahasnya dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sleman. “Saya juga heran mengapa peternak babi ini tidak seperti peternak lain, mereka lebih senang menyendiri tertutup,” ucapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif