SOLOPOS.COM - Seribu penari menampilkan pertunjukan Sewu Oglek di bantaran Sungai Progo, Dusun Bulak, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kulonprogo, Minggu (11/10/2015) sore. (Harian Jogja/Rima Sekarani I.N)

Kesenian Kulonprogo yakni “Sewu Oglek” diramaikan 1.000 penari

Harianjogja.com, KULONPROGO-Seribu penari membanjiri bantaran Sungai Progo di Dusun Bulak, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kulonprogo, Minggu (11/10/2015) sore. Mereka ramai-ramai menyuguhkan pertunjukan Sewu Oglek.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Dua kubu penari bersiap di sisi utara dan selatan. Kelompok penabuh alat musik gamelan juga sudah siap menujukkan aksi terbaiknya. Begitu dua orang pawang memecutkan cambuk ke tanah, dua kubu penari berlari dan berbaur menjadi satu. Pertunjukan dimulai.

Oglek. Begitulah nama tarian yang dimainkan sore itu. Sekilas, oglek mirip dengan jatilan biasa. Setiap penari mengendarai kuda kepang dan dipersenjatai pedang bambu. Bedanya, kepala kuda kepang pada tari oglek lebih menengadah dan gerakannya cenderung seperti pencak silat. Jumlah penari asli sebenarnya juga cuma empat.

Beberapa kali, para penari tampak saling mengadu pedang bambu. Tarian ini memang mengisahkan cerita Babad Panji Asmoro Bangun. Para penari ibarat prajurit yang ikut berperang dalam perebutan tahta kekuasaan antara Aryo Penangsang dan Raden Sutawijaya. Saat ini, oglek juga dipakai untuk menggambarkan semangat persatuan generasi muda.

Tarian berakhir sekitar setengah jam kemudian. Noto Sunaryo, pria 79 tahun yang mengaku pencipta tari oglek mengungkapkan tari oglek lahir pada 1957 silam. Saat itu, Noto ingin anak muda Bulak punya kesibukan dan mendapatkan penghasilan. Awalnya, tak ada suara gamelan yang mengiri mereka. “Gamelannya pakai cangkem [mulut],” ungkap Noto.

Noto memaparkan, tidak ada pakem tertentu pada gerakan tarian maupun nada iringannya. Tarian ini juga tadinya tidak bernama. Masyarakat yang menonton kemudian menyebutnya oglek. Sebutan itu akhirnya terus dipakai sampai sekarang.

Gereget pelestarian tari oglek sebenarnya sempat meredup akibat banyak kesenian moderen yang menarik perhatian generasi muda. Pertunjukan Sewu Oglek kemudian dihadirkan Pemkab Kulonprogo untuk memantik kembali semangat masyarakat. Seribu orang lelaki dari seluruh penjuru Sentolo direkrut dan dilatih selama sebulan. Sebagian dari mereka bahkan tidak memiliki dasar sebagai penari

Menurut Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Budparpora) Kabupaten Kulonprogo, Joko Mursito, Sewu Oglek adalah kejutan dari Kulonprogo tahun ini.

Pemkab Kulonprogo berupaya mengenalkan kembali kebudayaan yang mulai ditinggalkan masyarakat. Dia berharap, masyarakat termotivasi memakmurkan seni tari oglek. “Ini adalah kesenian unggulan Kecamatan Sentolo,” ujar Joko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya