SOLOPOS.COM - Perdamaian PSHT dan Brajamusti di Mapolda DIY, Senin (5/6/2023). PSHT terlibat tawuran dengan Brajamusti dan warga Jogja pada Minggu (4/6/2023). - Harian Jogja/Lugas Subarkah

Solopos.com, SLEMAN — Kesepakatan damai diikrarkan dua kelompok yang sempat terlibat tawuran di Jogja. Berikut ulasan lengkapnya.

Perwakilan Brajamusti (suporter sepak bola PSIM Jogja) dan Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) saling bertemu di Mapolda DIY, Senin (5/6/2023) pagi. Mereka berkomitmen menjaga situasi kondusif di DIY.

Promosi Vonis Bebas Haris-Fatia di Tengah Kebebasan Sipil dan Budaya Politik yang Buruk

Informasi komitmen menjaga DIY itu diunggah di Instagram @poldajogja, Senin. Dalam keterangannya dijelaskan komitmen tersebut disaksikan langsung Kapolda DIY, Irjen Pol. Suwondo Nainggolan.

Pertemuan tersebut merupakan wujud nyata komitmen bersama agar kejadian pada Minggu (4/6/2023) petang kemarin tidak semakin melebar akibat dampak dari disinformasi maupun oknum provokator yang sengaja membuat hoaks di media sosial. Karena sejatinya dari Brajamusti ada juga warga PSHT, begitupun sebaliknya.

“Jadi jangan mudah termakan isu yang belum pasti kebenarannya. Apalagi yang hanya bersumber dari broadcast tanpa mengecek kebenaran informasinya,” tulis @poldajogja.

Warga Yogyakarta diimbau tidak ikut terpancing terkait kericuhan yang melibatkan dua kelompok massa tersebut. Di sisi lain, polisi telah mengevakuasi para pelaku tawuran ke Mapolda DIY

“Jangan terpancing isu atau ajakan melakukan kegiatan yang mengakibatkan tindakan kriminal, baik di Yogyakarta maupun sekitar Yogyakarta. Sehingga kita harapkan situasi tetap kondusif,” kata Irjen Pol. Suwondo Nainggolan.

Kapolda DIY memastikan kasus penganiayaan terhadap anggota PSHT di Jalan Parangtritis, Bantul yang diduga menjadi pemicu tawuran telah diproses oleh kepolisian. Kasus penganiayaan itu berlangsung beberapa waktu lalu.

Dalam kasus di Bantul itu, polisi telah menangkap tiga orang dan sudah diproses lebih lanjut.

“Segera akan kita limpahkan kejaksaan,” kata Irjen Pol. Suwondo Nainggolan.

Sementara itu pengurus Biro Hukum Brajamusti, Baskara, menyampaikan permohonan maaf atas kejadian tawuran tersebut.

“Kami mau mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya, khususnya kepada rakyat Jogja, kepada PSHT, seluruhnya,” kata dia, Senin (5/6/2023) seperti dilansir Harianjogja.com.

Baskara memastikan Brajamusti dengan PSHT sudah sepakat berdamai dan mengimbau seluruh elemen Brajamusti untuk menahan diri.

“Kami mengimbau kepada rekan-rekan Brajamusti untuk cooling down, tetap tenang, tetap kita seduluran bersama PSHT,” ujarnya.

Senada, pihak PSHT juga menyampaikan permohonan maaf atas peristiwa tawuran tersebut. Ketua Cabang PSHT Bantul, Tri Jaka Santosa, meminta maaf kepada Gubernur DIY Sri Sultan HB X dan masyarakat Jogja karena kejadian tersebut.

“Saya pertama minta maaf kepada Bapak Gubernur. Kedua kepada masyarakat Jogja. Saya betul-betul minta maaf karena ini di luar kemampuan kami dan saya sudah berusaha membendung [massa PSHT yang datang ke Jogja],” ujarnya.

Ia memastikan dalam permasalahan ini, PSHT dan Brajamusti sudah bersepakat untuk damai dan tidak ada masalah lagi.

“Saya juga minta maaf kepada saudara-saudaraku pengurus Brajamusti dan semua warga Brajamusti. Saya minta maaf yang sebesar-besarnya,” katanya.

Kepada para pesilat PSHT, terutama yang berada di luar Jogja, dia meminta mereka untuk tidak perlu datang ke Jogja apalagi berbuat kerusuhan.

“Saya mengimbau warga PSHT di mana pun berada, tidak boleh masuk ke Jogja. Jangan kotori Jogja dengan kegiatan-kegiatan yang tidak diinginkan,” ungkapnya.

Benda Cagar Budaya Rusak

Sementara itu, Polda Daerah Istimewa Yogyakarta sampai saat ini belum menetapkan tersangka dalam kasus tawuran antara Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dengan kelompok suporter Brajamusti di Kota Jogja pada Minggu (4/6/2023) malam.

Direskrimum Polda DIY, Kombes Pol Nuredy Irwansyah Putra, mengatakan sejauh ini terdata ada sebanyak sembilan orang yang mengalami luka-luka dalam insiden tawuran tersebut.

Pada Minggu malam, pihak kepolisian mengevakuasi 352 orang ke Polda DIY. Ratusan orang tersebut akan dipulangkan dalam 1×24 jam.

“Sampai saat ini masih penyelidikan, belum ditentukan tersangka, karena fokus kami menjaga Jogja kondusif dan aman,” ujarnya, Senin (5/6/2023).



Tawuran itu dilatarbelakangi penganiayaan yang melibatkan anggota PSHT dan anggota Brajamusti, kelompok suporter PSIM Jogja di Parangtritis, Bantul, akhir Mei lalu.

Polres Bantul sebenarnya sudah menangkap pelaku penganiayaan. Namun, ratusan anggota PSHT tetap mendatangi Kota Jogja pada Minggu sore dan terlibat tawuran dengan warga di sejumlah tempat, dari Jalan Kenari hingga Jalan Taman Siswa, hingga malam harinya.

Aksi tawuran antara pesilat dari PSHT dengan kelompok suporter bola, Brajamusti, di Kota Jogja pada Minggu (4/6/2023) sangat disayangkan. Tawuran tersebut mengakibatkan beberapa benda cagar budaya milik Museum Tamansiswa Dewantara Kirti Griya.

Ketua Umum Asosiasi Museum Badan Musyawarah Musea (Barahmus) Daerah Istimewa Yogyakarta, Bamabang Widodo, mengatakan tawuran antara PSHT dengan warga dan Brajamusti merusak bangku peninggalan Ki Hajar Dewantara, pintu belakang museum, dan taman museum.

Museum akan mengajukan laporan kepada pihak yang berwenang atas kerusakan yang terjadi.

“Itu cagar budaya, jadi kami tidak bisa seenaknya memperbaiki. Kami berharap bantuan pemerintah,” kata dia, Senin (5/6/2023).

Sementara itu, Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, mengatakan Pemda akan membantu museum untuk memperbaiki kerusakan yang diakibatkan dari tawuran tersebut.

“Kalau itu cagar budaya, kalau Pemda DIY bisa bantu, ya enggak apa-apa. Saya belum tahu kalau ada kerusakan seperti itu. Nanti kita lihat,” kata Sultan di Kompleks Kepatihan, Senin.

Kepala Museum Tamansiswa Dewantara Kirti Griya, Ki Muryanto, mengatakan kerusakan meja dan kursi peninggalan Ki Hajar Dewantara tersebut lantaran terkena lemparan benda-benda keras dari insiden tawuran tersebut.

“Kursi sama meja sempat kena lempar batu dan dinaiki massa yang masuk ke area museum. Terus pintu museum juga jebol,” kata dia.

Selain kursi, meja, dan pintu, jelas Muryanto, tak ada lagi koleksi bersejarah dari Museum Tamansiswa Dewantara Kirti Griya yang rusak.

“Hanya bangunan ini ada yang rusak ringingan itu tadi, yang lain belum ada yang rusak berat,” ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya