SOLOPOS.COM - Denok tengah menunggu pembeli (JIBI/Harian Jogja/Andreas Tri Pamungkas)

Denok tengah menunggu pembeli (JIBI/Harian Jogja/Andreas Tri Pamungkas)

Gudeg tetap menjadi kuliner khas Jogja dan ribuan penjual masakan ini tetap bertahan. Salah satu yang bertahan yakni gudeg Wirobrojan atau yang akrab disebut gudeg Denok.

Promosi Meniti Jalan Terakhir menuju Paris

Denok, 55, bukanlah nama aslinya. Denok hanyalah sebuah sebutan semasa kecil dan dikenang para pelanggannya. Nama sebenarnya Parjinah. Senjak usia 18 tahun atau sekitar 1975, Denok tak meneruskan sekolahnya.

Ia memilih membantu neneknya, Harjo, berjualan gudeg di timur perempatan Wirobrajan atau tepatnya di Jalan RE Martadinata. Selama membantu itu, Denok dengan sendirinya mampu memasak gudeg tanpa bantuan neneknya sehingga saat neneknya sudah tak mampu berjualan, Denok mampu berdikari dan menggantungkan hidupnya dengan berjulan gudeg.

Di daerah tersebut terdapat dua penjual gudeg yang letaknya saling bersebarangan. Nah,warung gudeg Denok berada di sisi selatan. Setiap malam Denok selalu berjualan di trotoar jalan tersebut dengan menggelar tikar seadanya.

Setiap malamnya pula Denok selalu saja kedatangan pembeli apalagi para pelanggan setianya. “Biasanya mereka yang kesini juga dari pelanggan lama. Mereka kesini biasanya sudah membawa anak atau keluarganya. Mereka ingin merasakan suasana seperti saat muda dulu dan mengenal kehidupan mereka kepada anak-anaknya,” kata Denok saat ditemui Harian Jogja, pekan lalu.

Denok enggan memaparkan jumlah pendapatan yang diperolehnya dari berdagang gudeg. Cuma diakui Denok, dia dapat bertahan hidup dan membesarkan satu putranya sampai tumbuh dewasa.

Harga per porsi gudeg dijual Denok dengan harga yang bervariasi. Untuk menu gudeg dengan telur misalnya, Denok menarik harga Rp6.000 sedangkan menu ayam harga per porsinya bisa sampai Rp15.000.

Selain berjualan di pinggir jalan, Denok juga terkadang menerima pesanan untuk sebuah hajatan. Denok merasa bangga dapat berjualan gudeg, makanan khas Jogja itu. Namun, belakangan dia risau karena sampai sekarang belum ada yang mewarisi ketekunannya itu. “Belum ada, enggak tahu nanti,” tutur perempuan asli Wirobrajan itu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya