Jogja
Jumat, 27 September 2013 - 17:34 WIB

Ketersediaan Solar Jadi Masalah Utama Pengadaan Air Bersih

Redaksi Solopos.com  /  Yudi Kusdiyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - IIustrasi (JIBI/Dok)

Harian Jogja.com, PRAMBANAN—Operasional genset untuk sistem jaringan air bersih di Kecamatan Prambanan masih terkendala solar. Biaya solar yang terlalu tinggi membuat warga tidak mampu membeli bahan bakar ini.

Ketua Organisasi Pengatur Air (OPA), Mujimin, mengatakan keterbatasan stok solar membuat pengoperasian diesel genset tidak maksimal. Seminggu hanya dua kali operasi. Padahal idealnya untuk memenuhi kebutuhan air bersih semua warga, genset harus beroperasi minimal enam kali seminggu.

Advertisement

“Tanpa solar, kebutuhan air di Prambanan sulit terpenuhi. Pasalnya ada beberapa warga yang mengaku tidak kuat membayar, akibatnya solar untuk genset jadi tidak ada,” kata Mujimin, Jumat (27/9/2013).

Mujimin menambahkan, setiap beroperasi enam jam, dibutuhkan 132 liter solar. Artinya butuh dana Rp726.000 setiap kali akan mengoperasikan jaringan air bersih ini. Rata-rata debit air yang dihasilkan mencapai 11 liter per detik.

“Itu baru estimasi untuk satu sistem per sekali operasi saja. Kalau enam kali dalam seminggu, tentu sangat memberatkan warga,” kata Mujimin.

Advertisement

Mujimin optimistis jika iuran bisa rutin, masalah kebutuhan air bisa teratasi. Namun hingga kemarin ada saja warga yang belum membayar iuran.

Anggota DPRD Sleman, Huda Tri Yudiana, menyesalkan kondisi ini terus terjadi dari tahun ke tahun. Menurutnya, bisa saja Pemkab memberikan subsidi pembelian solar.

“Masalah ini seharusnya tidak terjadi jika sudah ada komunikasi. Jika tidak lancar dengan solar, nantinya bisa memakai listrik. Pemkab sudah mengalokasikan dana Rp3,7 miliar untuk pemenuhan listrik di Prambanan. Kami berharap nantinya jaringan air bersih ini bisa dikonversi jadi tenaga listrik,” kata Huda.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif