Jogja
Minggu, 12 Januari 2014 - 08:31 WIB

KISAH ABDI DALEM : Jika Bicara Materi, Jelas Merugi...

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Abdi dalem di Puro Pakualaman. (JIBI/Harian Jogja/David Kurniawan)

Harianjogja.com, JOGJA- Di mata para abdi dalem materi bukanlah sesuatu yang mutlak. Bisa mengabdi terhadap Puro Pakualaman adalah kebanggaan. Bagi mereka pengabdian itu tidak selalu harus dinilai dengan uang.

“Kalau dilihat dari sisi materi, uang Rp5.000 tiap bulan itu tidak ada artinya. Tapi, mengabdi ke Pakualaman adalah kebanggan yang mendatangkan ketenteraman batin,” jelas Wakidi, salah seorang abdi dalem di Pakualaman yang ditemui di sela-sela perayaan ulang tahun ke-78 KGPAA Paku Alam IX, Kamis (9/1/2014).

Advertisement

Wakidi mengaku dia banyak belajar selama mengabdi di Puro Pakualaman. Mulai dari bisa menahan diri, dan lebih menghargai tentang hidup.

“Hidup tidak hanya sekadar mencari materi tapi lebih pada mencari kebahagiaan dan ketenteraman jiwa,” tambahnya.

Advertisement

“Hidup tidak hanya sekadar mencari materi tapi lebih pada mencari kebahagiaan dan ketenteraman jiwa,” tambahnya.

Saat ditemui, dia mengaku tidak mengira jika ia termasuk salah satu dari puluhan orang yang mendapatkan anugerah gelar kepangakatan di perayaan ulang tahun itu.

“Saya tidak tahu, dan baru tahu pas dibacakan tadi. Untungnya, saya termasuk dalam prajurit yang bertugas, kalau tidak mungkin kenaikan pangkat ini tidak akan saya ketahui,” akunya sambil tersenyum.

Advertisement

“Dan inilah yang menguatkan dan membulatkan tekad saya untuk mengabdi di sini,” ungkap ayah empat anak itu.

Suka duka sebagai abdi dalem sudah dilalui pria kelahiran Bantul, 56 tahun lalu itu. Pernah suatu ketika, pas paringan dalem (penerimaan gaji tiap bulan) ia jatuh sakit, padahal untuk menerima gaji itu tidak bisa
diwakilkan, sehingga ia melewatkan gaji bulan itu.

“Jumlahnya tidak banyak, hanya Rp5.000 tiap bulan dan diberikan tiap Sabtu Pahing,” akunya.

Advertisement

Menurut pria yang sehari-hari bekerja sebagai pembuat kerajinan tangan itu, inti dari pengabdian yang dicari bukan materi atau kekayaan, tapi lebih pada pencarian ketenangan batin. Karena, menurut dia, ketenangan batin itu lebih utama dan tidak bisa digantikan dengan materi berapa pun nilainya.

“Di sini saya belajar nrimo, tidak serakah. Untuk kebutuhan hidup tiap hari saya sudah menyerahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Toh kebutuhan tiap hari juga bisa tercukupi,” tambahnya.

Dia sekarang berpangkat Jajar dengan sebutan Jajar Mas Wirosediyono. “Mungkin bagi kebanyakan orang pangkat ini tidak ada artinya, tapi bagi kami para abdi dalem sangatlah penting,” ungkapnya.

Advertisement

Dengan pangkat baru ini, Wakidi bisa mendapatkan honor abdi dalem di tahap selanjutnya. “Karena yang kemarin saya belum dapat,” imbuhnya sambil terkekeh.

Dia menambahkan, tiap bulan minimal tiga kali masuk sebagai abdi dalem, yakni tiap ada arisan, Sabtu Pahing, dan malam Kamis sebagai penjaga pintu gerbang Puro Pakualaman.

“Itu masih bisa bertambah, tergantung dengan kegiatan yang diselenggarakan. Saya bahagia bisa memiliki andil dalam setiap kegiatan di sini,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif