SOLOPOS.COM - Foto Dwi Maryono JIBI/Harian Jogja/Eva Syahrani

Foto Dwi Maryono
JIBI/Harian Jogja/Eva Syahrani

Dianggap sebagai pengangguran dan sampah masyarakat, akhirnya Dwi Maryono, warga Tahunan, Umbulharjo, Jogja kini meraih sukses. Bagaimana kisahnya?

Promosi Enjoy the Game, Garuda! Australia Bisa Dilewati

Sepuluh tahun lalu, Dwi Maryono atau akrab disapa Inang Ompong memantapkan niatnya untuk menjadi seniman. Hanya bangku seni yang coba dia perdalam di lembaga formal, SMKI kandas di tahun ketiga.
Inang akhirnya memberanikan diri merantau ke Bali. Di Pulau Dewata, selama enam bulan Inang memperdalam seni terutama seni lukis batik. Sekembalinya dari Bali, dia mencoba membuat karya lukis batik di kediamananya Tahunan.

Pria kelahiran 17 Januari 1984 itu sengaja memilih seni batik karena baginya mempelajari batik seperti jadi pesulap dan dukun. Proses batik menyuguhkan warna yang berbeda dengan hasil jadinya. Batik juga disebutnya menuntut daya ingat yang tinggi.

Selain itu pengetahuan akan batik dari neneknya mendorong dia menekuni seni itu. Untuk menghasilkan karya, Inang banyak menghabiskan waktu di ruangan. Ia membuat karya-karya itu bukan untuk mencari uang.

Baginya karya yang maksimal merupakan kepuasan dan diyakini dengan sendirinya orang akan mencari karya itu. Kuku jari-jarinya yang menghitam seolah membuktikan banyaknya proses pewarnaan yang rela ia lakukan tanpa sarung tangan.

Tahun demi tahun terus dilalui dengan berkarya bukan untuk dijual tetapi untuk ambisi pribadi membuat museum. Bahkan demi mewujudkan hal itu ia pun sempat dianggap sampah masyarakat karena terlihat tidak pernah bekerja.

“Tidak ada yang tahu saya di dalam rumah melukis membatik, orang sini tahunya saya pengangguran, sampah masyarakat,” ucapnya belum lama ini.

Anggapan negatif itu tidak menyurutkan semangatnya. Pada 2003 Inang berhasil go internasional. Melalui sebuah ajang perlombaan Inang menang dan berhak mengikuti pameran di Barcelona. Bahkan karyanya ada yang dipasang di salah satu museum di sana. Tidak hanya itu ia juga terus keliling dunia seperti ke Hong Kong, Italia, Prancis, Andora, dan lain-lain. Tak ada masyarakat pun yang tahu Inang sang sampah masyarakat ini keliling dunia.

Inang yang lahir dari keluarga sederhana pun tidak pernah menyangka hal itu. Pasalnya, selama ini ia tidak memiliki target dan memilih mengikuti arus kehidupan. Inang pun terus berusaha mewujudkan mimpinya mendirikan museum. Delapan ratus lebih karya berhasil ia kumpulkan sampai 2006.

Sayangnya gempa 2006 yang mengguncang Jogja seolah meluluhlantahkan hasil kerja kerasnya. Delapan ratus karyanya hancur karena gempa. Selama kurang lebih lima tahun Inang meratapi nasibnya dengan absen membuat karya.

“Tapi saya tetap ikut pameran, pergi kemana-mana menjalin relasi, tapi tidak membuat karya,” terang dia.

Baru akhirnya sekitar 2011 lalu Inang bangkit. Di tengah keterpurukan yang dialaminya selama kurang lebih lima tahun Inang seperti menghimpun kekuatan baru. Ia secara perlahan membangkitkan kesenian yang ada di Tahunan.

Ia membentuk kelompok kesenian Mentahun. Awalnya kelompok kesenian ini memang hanya dihidupkanya bersama teman-teman. Secara perlahan tetapi pasti anak-anak dan warga masyarakat mulai aktif dalam kelompok seni yang ada di daerah tersebut. Saat ini Inang pun sering menjadi pemimpin latihan berbagai seni. Selain seni lukis ternyata Inang juga menguasai seni tari, reog, musik bambung, dan lain-lain.

“Sebagai pelaku seni saya tahu konsekuensinya pekerjaan saya jadi saya menekuni berbagai seni,” ungkap dia.

Yoyo Hadiwahyono, Ketua Kampung Wisata Tahunan terkesan kepada Inang. Selain sosok yang multitalenta, Inang juga dianggapnya memiliki peran luar biasa di Tahunan. “Inang itu penyemangat dan inspirator di sini. Kesenian jadi lebih maju,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya