SOLOPOS.COM - Pemilik usaha kerajinan kulit ‘Bengkeng’, Ghina Fairuza menunjukkan beberapa produknyakerajinan kulit yang dibuatnya, Jumat (12/1/2018). (Rima Sekarani I.N./JIBI/Harian Jogja)

Kisah inspiratif datang dari seorang perempuan di Jogja yang mengembangkan usaha dari tugas akhir

Harianjogja.com, SLEMAN-Peminat kerajinan kulit barang kali belum begitu banyak di Jogja. Meski begitu, bisnis kerajinan kulit dengan menawarkan desain eksklusif dinilai cukup potensial untuk dikembangkan.

Promosi Santri Tewas Bukan Sepele, Negara Belum Hadir di Pesantren

Hal tersebut diungkapkan pemilik usaha kerajinan kulit ‘Bengkeng’, Ghina Fairuza kepada Harianjogja.com, Jumat (12/1/2018). Dia mengaku masih seorang pendatang baru di dunia bisnis. Dia bahkan belum genap setahun menjajal usaha kerajinan kulit karena memang baru memulainya pada 2017 lalu.

“Awalnya itu karena aku lagi bikin tugas akhir dan memilih fokus ke kerajinan kulit sapi,” kata Ghina.

Ghina belum lama ini lulus dari Jurusan Pendidikan Seni Kerajinan UNY. Saat hendak menggarap tugas akhir, ada lima jenis kerajinan yang bisa dipilih, yakni logam, batik, keramik, kayu dan kulit. Dia lalu tertarik menghasilkan karya berupa tas kulit dengan hiasan berupa gambar yang dibuat dengan teknik leather carving atau diukir.

Sebelum proyeknya rampung, Ghina malah mendapatkan pesanan tas kulit dari seorang teman. Dia lalu membikin tas kerja pria yang kemudian dijual seharga Rp500.000. Setelah itu, pesanan berdatangan dari teman-teman lain dan merembet ke kenalan mereka.

Ghina juga mengiyakan saat beberapa diantaranya ada yang memesan dompet kulit. “Dulu juga iseng bikin hiasan pigura pakai potongan bahan kulit sisa untuk hadiah wisuda ke teman tapi ternyata setelah itu banyak yang pengin beli,” ujar Ghina.

Ghina akhirnya mencoba membesarkan usaha kerajinan kulitnya setelah lulus. Dia mulai melakukan promosi di media sosial. Namun, sementara ini dia masih sebatas melayani pesanan karena terkendala modal yang terbatas.

Selain itu, dia berpendapat jika peminat kerajinan kulit di Jogja masih minim karena harganya yang tinggi. Apalagi untuk produk yang sama sekali tidak menggunakan bahan tambahan berupa kulit sintetik.

Meski begitu, Ghina cukup yakin potensi bisnis kerajinan kulit cukup menjanjikan ke depannya. Dia ingin membidik konsumen menengah ke atas dengan menawarkan desain yang ekslusif.

“Semuanya saya bikin manual. Furingnya juga saya jahit sendiri. Mereka bisa pesan mau seperti apa desainnya atau mau kayak apa bentuk tas atau dompetnya,” ungkap perempuan kelahiran 1995 itu.

Hanya saja, calon konsumen mesti siap bersabar. Pasalnya, Ghina hanya menerima maksimal empat pesanan tas atau dompet dalam sebulan. “Kalau sampai ada pesanan lebih dari itu, biasanya saya tawarkan ikut bulan berikutnya. Bikinnya memang tidak bisa buru-buru. Harus dengan suasana hati yang oke juga biar hasilnya lebih bagus,” ucap Ghina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya