SOLOPOS.COM - Hardjosudiro dan sepeda motor yang dijualnya. (detikcom)

Kisah inspiratif datang dari seorang guru SMA Kolese de Britto

Harianjogja.com, JOGJA– Sebuah motor butut dan berkarat dengan lampu yang telah mati milik seorang pensiunan guru di Jogja laku Rp36,4 juta. Sang pemilik motor bukannya menerima uang hasil penjualan motor, tapi malah menyumbangkan sebagian besar uangnya ke yayasan.

Promosi Mimpi Prestasi Piala Asia, Lebih dari Gol Salto Widodo C Putra

Baca juga :
KISAH INSPIRATIF : Pensiunan Guru Ini Kaget, Sepeda Motornya Laku Rp15 Juga Tapi Dibayar Rp36 Juta
KISAH INSPIRATIF : Pensiunan Guru De Britto Sumbangkan Hasil Penjualan Motor Bututnya
KISAH INSPIRATIF : Inilah Sosok Hardjosudiro, Pensiunan Guru De Britto yang Sumbangkan Hasil Penjualan Motornya

Hardjosudiro (80), demikian nama pemilik motor itu. Dia merupakan guru SMA Kolese de Britto Jogja pada periode 1969-1996. Pria kelahiran 1936 ini menjual motor kesayangannya, Suzuki FR80 keluaran tahun 1977, karena dia tak diperbolehkan lagi mengendarai motor setelah menjalani operasi pemasangan alat pacu jantung setahun lalu.

Ia menceritakan sepeda motor itu memiliki kesan tersendiri. Bahkan ada kisah yang sendiri dengan sepeda motor itu. Tahun 1986 ia pernah ketabrak truk yang mengakibatkan ia sakit parah di bagian kiri.

“Pernah mengalami musibah ketabrak truk yang dikendarai kernetnya 1986. Prapatan Dagen. Kaki kiri dipen. Setengah tahun pen diambil. Motor relatif rusak,” kata Hardjosudiro, seperti dikutip dari liputan6.com.

Setelah kejadian itu, Hardjosudiro yang suka menari tak bisa lagi mentas. Padahal, ia biasa memerankan tarian tokoh Gatotkaca dan Hanoman. Ia tak bisa menari lagi karena kakinya dipasang pen.

Hardjosudiro menuturkan pula, ia mengenal dunia tari sejak umur 14 tahun. Ia kemudian bergabung dalam kelompok siswa Amongbekso atau penari keraton. Bahkan, ia sering pergi ke luar negeri seperti Eropa dari hasil menari. Ia juga mengaku bisa menari klasik atau tarian wayang orang.

“Pernah jadi Gatotkaca selama 19 tahun. Penari keraton. Seringnya jadi Gatotkaca. Tapi Hanoman juga pernah. Tari klasik saya bisa, wayang orang juga bisa,” ujar pensiunan guru nan dermawan tersebut.

Suami dari Theresia Sutarti, 79, ini yakin menjual sepeda motornya. Selanjutnya, ia mencoba menghubungi salah satu muridnya atau alumni SMA Kolose John De Britto, Gani Sucahyo, dokter gigi di Kediri Jawa Timur. Gani lalu melelang sepeda motor tersebut di grup online alumni SMA Kolese De Britto.

Waktu itu harga tertinggi hanya Rp 15 juta. Namun anak didiknya itu berkumpul dan patungan dengan harapan dapat membantu sang guru, sehingga terkumpul uang Rp 36,4 juta.

“Ya tidak mengira sebesar itu, tapi memang siswa dan alumni De Britto tertanam jiwa menolong. Dulu saat saya di rumah sakit mereka juga patungan untuk membantu. Uangnya dikasihkan cash. Waktu itu di kafe di Concat, lupa saya malam Minggu kemarin,” tutur Hardjosudiro.

Guru yang mengajar sejak 1959-1996 dan sempat diangkat guru tetap 1972 itu mengaku dekat dengan anak-anak didiknya. Walaupun mengaku tidak terlalu dekat, yang jelas ia tidak pernah dijahili anak didiknya.

“Kalau jauh ya tidak, dekat juga tidak. Sekian tahun mengajar belum pernah dinakali oleh para siswa. Pakaian kan bebas sandal kaos oblong boleh saja. Sekarang pun hariannya bebas. Seragam cuma dua hari,” kata dia.

Anak didiknya memang menginginkan agar sepeda motor itu tidak dijual. Mereka ingin agar sepeda motor itu disimpan saja. Namun Hardjosudiro tidak menginginkan itu. Ia sudah yakin untuk menjualnya. Bahkan yang beli itu adalah teman anaknya.

“BPKP dan STNK sudah diserahkan. Yang beli teman sekelas anak saya angkatan 91. Anak saya juga di De Britto,” ia mengungkapkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya