SOLOPOS.COM - Hardjosudiro dan sepeda motor yang dijualnya. (liputan6.com)

Kisah inspiratif datang dari seorang pensiunan guru di Jogja

Harianjogja.com, JOGJA – Sebuah motor butut dan berkarat dengan lampu yang telah mati milik seorang pensiunan guru di Jogja laku Rp36,4 juta. Sang pemilik motor bukannya menerima uang hasil penjualan motor, tapi malah menyumbangkan sebagian besar uangnya ke yayasan.

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

Hardjosudiro, 80, demikian nama pemilik motor itu. Dia merupakan guru SMA Kolese de Britto Jogja pada periode 1969-1996. Pria kelahiran 1936 ini menjual motor kesayangannya, Suzuki FR80 keluaran tahun 1977, karena dia tak diperbolehkan lagi mengendarai motor setelah menjalani operasi pemasangan alat pacu jantung setahun lalu.

Rencana Hardjo menjual motor kesayangan didengar salah satu alumni de Britto. “Ada kakak kelas [alumni De Britto] namanya Rafa Agung, dia yang pertama sharing [informasi] ke [grup whatsapp] De Britto Business Community [DBBC]. Di situ dia bilang pak Hardjo mau jual motor,” ujar salah seorang alumni SMA Kolese De Britto, Yusuf Khestanon, saat dihubungi detikcom, Senin (6/6/2016).

Pria yang akrab disapa Anon ini menjelaskan semangat yang disampaikan dalam informasi tentang penjualan motor sang guru adalah berapapun harganya, yang penting motor itu dibeli oleh alumni De Britto. Pak Hardjo yang dipanggil murid-muridnya kini Mbah Guru Hardjo ingin motornya ini dibeli oleh anak didiknya sendiri.

Proses lelang via media sosial dilakukan mulai Kamis (26/5/2016) hingga Minggu (29/5/2016) lalu. Disepakati motor tersebut dilelang dimulai dari harga Rp2 juta dan dengan tawaran selanjutnya kelipatan Rp50 ribu, lalu kelipatan dari jumlah tawaran sebelumnya. Proses lelang ditutup pada Minggu (29/6/2016) pukul 21.00 WiB.

“Pemenang lelang Rp15,5 juta oleh pak Gunawan Wibisono angkatan 86. Tapi kami nggak mau dong kalau cuma sedikit. Lalu ada dari kita yang bilang, ya sudah kemarin yang nawar, tawaranmu jadikan ‘bantingan’. Jangan cuma ngomong aja,” ujar Anon sambil tertawa.

Namun dari usulan itu, tidak hanya penawar yang ikut menyumbang, tapi alumni-alumni lain yang tak ikut menawar turut menyumbang.

“Semua urunan [menyumbang] lalu ketemulah angka Rp 36,4 juta,” tuturnya.

Uang hasil lelang diberikan secara langsung di sebuah angkringan di Sleman, pada Sabtu (4/6/2016). Hardjo yang semula mengetahui uang yang diperolehnya Rp 15 juta, tak bisa menyembunyikan keterkejutannya ketika tahu total uang yang terkumpul untuknya menjadi Rp 36,4 juta.

“Pas dikasih tahu dapatnya Rp 36,4 juta, beliau bilangnya Wathathithah!. Ini bahasa yang digunakan Punokawan ya, artinya bahwa kagetnya itu dikembalikan ke Yang Kuasa,” kata Anon.

Wathathithah kok akeh men! [kok banyak sekali]!” tutur Anon menirukan Hardjo.

Hardjosudiro dan motor bututnya yang sudah laku tapi belum diambil si pemenang lelang.

Berita terkait:
KISAH INSPIRATIF : Pensiunan Guru De Britto Sumbangkan Rp21,5 Juta Hasil Penjualan Motor Bututnya
KISAH INSPIRATIF : Inilah Hardjosudiro, Pensiunan Guru De Britto yang Sumbangkan Hasil Penjualan Motornya
KISAH INSPIRATIF : Kisah Motor Butut Milik Pensiunan Guru De Britto yang Laku Rp36 Juta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya