SOLOPOS.COM - Suhartoyo (JIBI/Harian Jogja/Nina Atmasari)

Suhartoyo (JIBI/Harian Jogja/Nina Atmasari)

Pegunungan Menoreh menyimpan banyak potensi bahan yang bisa diolah menjadi kerajinan, yang selama ini tidak terpikirkan oleh masyarakatnya. Harian Jogja menemui seorang perajin yang memanfaatkan bahan di kebun, menjadi barang bernilai ekonomi tinggi.

Promosi Sejarah KA: Dibangun Belanda, Dibongkar Jepang, Nyaman di Era Ignasius Jonan

Tangan Suhartoyo tampak kesulitan mengaitkan batang kayu kering itu menggunakan sehelai tali dari bekas dahan kering pula. Ia terus berupaya sekuat tenaga agar ikatan itu erat. Setelah selesai mengikat, ia pun menarik-narik tali itu, untuk membuktikan bahwa ikatannya benar-benar kuat.

“Saya memang baru pertama kali membuat barang seperti ini. Agak sulit karena harus teliti, tapi ternyata bisa,” ungkapnya, ketika ditemui di rumahnya, Kamis (5/7).

Sudah dua minggu terakhir, Kepala Dusun Kalisoko Desa Banjarasri Kalibawang itu punya kesibukan baru, membuat hiasan lampu unik. Barang ini dibuat dari bahan-bahan yang banyak ditemukan di sekitar rumahnya, berupa bambu, akar pohon dan dahan kering.

Baru sekitar sebulan lalu, Suhartoyo menerima tawaran dari pengelola wisata desa di wilayah itu, untuk membuat hiasan lampu. Saat itu, pengelola membawa sebuah contoh, dan meminta Suhartoyo membuatnya sebanyak delapan buah. Di wilayah Lereng Menoreh itu, Suhartoyo memang dikenal kreatif dan suka mencoba membuat benda-benda unik. Tidak hanya kerajinan, ia juga membuat makanan unik.

Kesanggupan diungkapkannya, setelah melihat bahan yang digunakan untuk membuat hiasan itu banyak ditemukan di lingkungan rumahnya. Ia menyebutkan, rumpun bambu masih banyak terdapat di kebun warga. Adapun akar pohon, ia cari di bekas pohon yang ditebang, termasuk tali dari batang tanaman merambat yang telah mengering.

Saat awal membuat, ia mencoba mengajak warga untuk bekerjasama. “Namun ketika saya tawari, tidak ada warga yang mau karena beranggapan pembuatannya terlalu rumit, jadinya saya berusaha sendiri,” tuturnya.

Ia pun mulai memotong bambu, mengirat tipis-tipis kemudian menganyamnya, membentuk sebuah corong. Ketelitian menjadi kunci utama, sehingga anyaman bisa rapi. Setelah itu, ia membuat gantungan menggunakan bambu bekas dan akar. Untuk mengikat akar, ia menggunakan batang pohon kacang yang sudah kering.

Hasilnya, delapan hiasan lampu hampir ia selesaikan dalam waktu dua minggu. Ia bahkan mengaku siap membuat lebih banyak, jika barang itu diminati. Dengan kerumitan proses membuatnya, Suhartoyo memperkirakan hiasan lampu itu akan dijual seharga Rp50.000 per buah.

Menurut dia, berbagai bahan yang ada di alam bisa dimanfaatkan menjadi kerajinan, sehingga bernilai ekonomi yang tinggi. “Kuncinya harus ulet, mau belajar, berusaha dan jeli,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya