Jogja
Senin, 12 Januari 2015 - 10:41 WIB

KISAH PEMBACOK SLEMAN : Merasa Dibedakan Dalam Keluarga (Bagian 1/2)

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Antara)

Kisah pembacok Sleman yang mengakibatkan satu nyawa melayang mengaku melakukan tindakan tersebut karena kesal mengalami diskriminasi di di rumah.

Harianjogja.com, SLEMAN-Pelaku pembacokan Faqih Amrullah melakukan pembacokan secara membabi buta. Bagaimana latar belakang tersangka dan mengapa temannya, ERA turut mendukung aksi yang memakan korban jiwa itu?

Advertisement

Faqih Amrullah, harus bertanggungjawab atas aksi yang dilakukannya. Setidaknya sudah satu nyawa dan lima luka korban dari ulah tangannya. Sejak Sabtu (10/1/2015) ia ditahan di Mapolres Sleman. Minggu (11/1/2015) kemarin ia masih harus menjalani pemeriksaan secara intensif. Tindakan pembacokan yang dilakukan oleh Faqih memang kadang di luar nalar. Masyarakat kerap menyebut dengan istilah psikopat.

Tetapi siapa sangka justru sikap itu bisa muncul karena dampak dari internal keluarga. Faqih merasakan itu. Saat ditanya sejumlah awak media, dirinya mengaku selalu dibedakan dalam keluarga. Dalam berbagai hal, termasuk soal materi. Orangtuanya bekerja sebagai tukang batu. Ia termasuk anak kedua dari enam bersaudara. Sehingga ia frustasi kemudian melakukan pembacokan di sana sini.

“Saya merasa dibedakan dalam keluarga, dalam banyak hal seperti materi,” ungkap Faqih seakan menyalahkan keluarganya saat menjawab pertanyaan wartawan di Mapolres Sleman, Minggu (11/1/2015).

Advertisement

Tidak cukup dengan satu alasan frustasi saja aksi mematikan itu muncul di otaknya. Tetapi juga didukung oleh kebiasannya dalam mengonsumsi miras. Sebelum membacok lima kali pada 25 Desember silam, ia terlebih dahulu membeli miras di sekitar Pasar Maguwoharjo. Setelah mabuk baru kemudian ia beraksi. Tetapi sebelum itu sekitar pukul 18.00 WIB ia datang ke rumah ERA untuk mencurhatkan rasa frustasinya atas tindakan keluarganya. Kemudian ERA diminta untuk mengantar dalam setiap aksinya.

“Ya, karena miras itu setelah membacok langsung pergi,” ujarnya.

Entah ucapan sebenarnya atau tidak. Faqih berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Tetapi dengan melihat tindakannya yang membahayakan, pihak terkait perlu cermat memberikan pendampingan terhadap tahanan seperti Faqih.

Advertisement

“Saya tidak pernah dipenjara. Saya mau kembali ke jalan lurus, ini terakhir,” akunya kemarin.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif