Jogja
Jumat, 3 April 2015 - 22:25 WIB

Kisah Pemeran Yesus dalam Drama 'Kisah Sengsara Tuhan Yesus'

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Umat Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus (HKTY) Ganjuran mengikuti visualisasi kisah sengsara Tuhan Yesus yang diperankan oleh remaja gereja, Jumat (3/4/2015). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Kisah sengsara Yesus di Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus (HKTY) Ganjuran Bantul divisualkan dengan drama

Air mata Kurnianingsih sesekali menetes. Ia tak kuasa menahan tangis melihat seorang laki-laki bermahkotakan duri  memanggul salib besar sambil terus-menerus dicambuki dan disiksa.

Advertisement

Sembari menyeka air matanya, salah satu umat Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus (HKTY) Ganjuran ini  berusaha mempertahankan langkah untuk tetap mengikuti drama berjudul Kisah Sengsara Tuhan Yesus yang digelar di komplek gereja, Jumat (3/4/2015).

Berbeda dengan tahun sebelumnya di mana kisah sengsara Yesus hanya dibacakan, tahun ini divisualisasikan. Sekelompok remaja yang tergabung dalam Pendampingan Iman Remaja (PIR) dan Orang Muda Katolik (MK) gereja Ganjuran terlibat dalam drama atau yang biasa disebut tablo itu.

“Bangga sekaligus beban karena harus memerankan sosok yang besar [Yesus],” kata pemeran Yesus, Clemen Panji Nada Suryabinta kepada wartawan sebelum drama dimulai.

Advertisement

Dalam waktu latihan yang hanya dilakukan dua minggu, ia dituntut untuk mampu menjiwai peran.

Visualisasi kisah sengsara Yesus dalam rangka perayaan Paskah baru dilaksanakan satu kali. “Terakhir 20 tahun lalu. Maka orang muda menghidupkan lagi,” kata Panji.

Dengan memerankan tokoh Yesus, Panji berharap dapat semakin memperdalam iman. Hal itu juga diakui Pastor Paroki Gereja dan Candi HKTY Ganjuran, Herman Yosef Singgih Suntoro sebagai tujuan dilaksanakannya drama.

Advertisement

“Anak muda bisa menghayati iman mereka dengan gaya mereka masing-masing. Harapannya bisa membantu kaderisasi  pembinaan iman,” kata Pastor Suntoro.

Kisah sengsara Yesus selalu dilakukan pada Jumat Agung. Pastor Suntoro menjelaskan jalan salib Yesus mampu menggambarkan pengorbanan Yesus demi menyelamatkan umat manusia. “Biasanya jalan salib dengan doa dan permenungan tapi tahun ini drama,” jelas dia.

Usai drama, seluruh umat Katolik mengikuti perayaan ekaristi Jumat Agung. Di Gereja HKTY Ganjuran, Jumat Agung dilakukan dengan prosesi tabur bunga.

“Karena [Gereja Ganjuran] kental tradisi Jawa sehingga penghormatan salib yang biasanya dengan mencium salib sekarang dengan tabur bunga,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif