SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Beragam cara dilakukan orang untuk meningkatkan taraf hidup, salah satunya dengan merantau di Jakarta untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Cara itu dilakukan Paino, 55, salah satu warga Karangpoh, Semin.

Bapak tiga anak ini berbekal ijazah SMA pada 1977 dan nekat merantau ke Jakarta untuk mengubah hidup.

Promosi Mi Instan Witan Sulaeman

Dia masih ingat betul setamat SMA pada 1977, ia hanya bekerja sebagai petani yang menggarap kebun milik kedua orangtuanya. “Saya pun berpikir kalau terus-terusan seperti itu, saya tidak jadi apa apa,” katanya kepada Harian Jogja, Rabu (22/8).

Keinginan untuk memperbaiki hidup juga terilhami kisah dari tetangga-tetangganya yang sukses menjadi orang setelah merantau ke Jakarta. “Saat itu pula saya bulatkan tekad ke Jakarta.”

Setahun kemudian atau tepatnya pada 1978 ia pun memantapkan diri untuk pergi ke Jakarta. Masih segar dalam ingatanya, sebelum berangkat ke kota metropolitan, ia terpaksa menjual satu ekor kambing milik ayahnya lantaran tidak memiliki uang saku untuk bertahan hidup disana. Kambing itu dijual dengan harga Rp7.000 hasil penjualan ia pakai untuk bekal hidup di Jakarta.

Sesampainya di Jakarta, dewi fortuna belum berpihak kepadanya. Beberapa kali berkas lamarannya ditolak. “Akhirnya saya bekerja serabutan apa saja saya lakukan untuk bertahan hidup. Seperti jadi kuli bangunan serta, pesuruh bank dan sebagainya,” terangnya dengan logat Jakarta yang begitu kental.

Saat bekerja tersebut, ia mengaku menyempatkan diri untuk  mengikuti sejumlah kursus, di antaranya tata buku. Kursus yang ia ikuti itu ternyata membawa dampak positif karena dengan sertifikat kursus yang ia ikuti itu ia akhirnya diterima sebagai pegawai negeri sipil di Badan Pertahanan Nasional hingga sekarang ini. Pada saat itu, ia diangkat sebagai pegawai dengan golongan 2C namun perhalan tapi pasti kariernya mulai merangkak hingga saat ini ia menjadi pegawai golongan 3A.

Menurut Paino diangkatnya dia menjadi pegawai merupakan prestasi yang cukup membanggakan, terlebih di Jakarta, lanjutnya banyak warga Gunungkidul lainnya yang juga sukses menjadi pegawai maupun pengusaha.

Menurut dia, kesuksesan yang diraih oleh putra Bumi Handayani merupakan salah satu cara untuk mengangkat citra dari Gunungkidul. Selama ini  Gunungkidul hanya dikenal sebagai wilayah tandus dan identik dengan kemisikinan. Pria yang setahun lagi akan pensiun itu menuturkan sudah saatnya tren memperbaiki taraf hidup dengan pergi ke Jakarta diubah. Pasalnya ia melihat Gunungkidul mengalami kemajuan pesat terutama banyaknya daerah wisata yang bisa tergarap.

“Daripada pemuda pada ke Jakarta kembangkan saja potensi wisata di Gunungkidul karena bisa memberikan pendapatan daripada harus ke Jakarta. Lagi pula Jakarta sudah terlalu sumpek,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya