SOLOPOS.COM - Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tempat Nur Riska Fitri Aningsih, mahasiswi yang meninggal dunia di tengah perjuangan minta keringanan UKT/biaya kuliah. (Bisnis.com)

Solopos.com, SOLO–Kisah pilu mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) viral di media sosial Twitter pada Rabu (11/1/2023). Mahasiswi bernama Nur Riska Fitri Aningsih disebutkan meninggal dunia di tengah kegigihannya meminta keringanan uang kuliah tunggal (UKT) di perguruan tinggi tempatnya menempuh pendidikan.

Cerita sedih ini dibagikan oleh akun Twitter @rgantas (Ganta Semendawai). Ia menyebut Riska meninggal pada 9 Maret 2022. “Ia bernama Riska. Ambisinya utk melanjutkan studi, membawa ia dari desa terpencil di Purbalingga menuju daratan Yogya yg amat asing baginya. Kala itu Riska hanya memegang 130rb untuk ongkos perjalanan naik bus & uang saku seminggu di Yogya. Tentu ini bukan bagian yg terburuk,” tulis akun tersebut memulai ceritanya.

Promosi Tragedi Bintaro 1987, Musibah Memilukan yang Memicu Proyek Rel Ganda 2 Dekade

Riska merupakan mahasiswi angkatan 2020 jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNY. Akun @rgantas menginformasikan Riska dari keluarga sederhana. Orang tuanya sehari-hari berjualan sayur di gerobak yang dijajakan di tepi jalan.

Ibunya harus menghidupi Riska dan keempat adik Riska. Lantaran keterbatasan ekonomi, keluarga Riska tak mampu mencukupi biaya kuliah Riska.

Di bangku kuliah, Riska harus membayar UKT senilai Rp3,14 juta tiap semesternya. Harusnya, Riska mendapat UKT kategori I yakni senilai Rp500.000 atau kategori II yakni Rp1 juta.

Sayangnya saat mendaftar kuliah Riska tak menyertakan berkas lengkap untuk mendapat UKT kategori tersebut. Saat diminta mengunggah beberapa berkas, Riska harus meminjam laptop tetangga dengan koneksi seadanya. Hal itu membuat berkas Riska tak terunggah semuanya.

“Karna android tetangganya tidak secanggih hp yg sedang Anda pakai. Akhirnya ia tidak bisa mengupload berkas-berkas yg diminta. Ia mengira inilah alasan mengapa nominal UKTnya melonjak. Entah ada pengaruh atau tidak. Namun, secara ajaib nominal UKTnya muncul dgn angka 3.14 jt,” sambung cuitan akun @rgantas.

Menurut akun Twitter itu, selama berkuliah Riska kerap mengajukan keringanan UKT kepada Rektorat UNY. Namun hasilnya nihil. Akun @rgantas menyebut Riska mengaku seperti bola yang sedang dioper ke sana-ke sini. Pengalaman itu disebut akun @rgantas tak asing bagi mahasiswa yang berhadapan dengan birokrasi.

Akun @rgantas juga membagikan sebuah utas tulisan Riska. “Aku nyari info KIP susulan katanya dah tutup laah aku ga tau jga tanggal mulai nya kapan dah tutup makanya saya cari info penurunan ukt. Sekarang saya LG kaya bola yg lagi dimenin oper sana sini ga jelas cuma buat info penurunan,” demikian tulisan Riska.

Akun @rgantas juga mengatakan Riska pernah berujar bahwa dia akhirnya tidak bisa melanjutkan kuliahnya. Dia ingin kerja agar dapat menguliahkan adiknya untuk mewujudkan mimpi adik-adiknya.

Kalimat itu terucap setiap masa pembayaran UKT mendekati batas akhir. Riska nyaris kehilangan harapan karena tidak bisa membayar UKT.

Setelah berjuangg mengurus keringanan UKT, Riska akhirnya mendapat keringanan Rp600 ribu. Sehingga UKT-nya menjadi Rp2,5 juta. Untuk tetap bisa berkuliah dan membiayai adiknya, ia pun berkerja hingga sempat cuti.

Namun pada 9 Maret 2022, mahasiswi tersebut meninggal dunia, salah satunya dipicu karena penyakit hipertensi.

Viralnya kisah Riska di media sosial akhirnya sampai ke telinga Rektor UNY Sumaryanto. Ia mengaku sedih mendapat kabar tersebut. Menurutnya, banyak cara bisa ditempuh untuk membantu Riska dan kuliahnya. Salah satunya yakni berkirim surat langsung kepada dirinya.

“Kalau bukan UNY yang membantu, saya secara pribadi yang akan membantu,” katanya.

Sumaryanto menjelaskan memang produser pengajuan keringanan UKT memerlukan beberapa mekanisme. Di antaranya mengajukan surat permohonan kepada pimpinan yang diketahui orang tua.

“Yang penting diketahui orangtua, juga pimpinan mengajukan ke permohonan ke Rektorat dan nanti bisa mendapat opsi penundaan, penurunan, sampai pembebasan (UKT),” lanjut Sumaryanto.

Dari kasus ini, Sumaryanto berharap agar tak ada lagi kisah mirip Riska dalam dunia pendidikan, khususnya di UNY.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul Kisah Mahasiswa UNY Perjuangkan Keringanan UKT hingga Kematiannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya