Jogja
Senin, 11 September 2017 - 10:22 WIB

KOMODITAS PANGAN : Banyak Aktor Terlibat, Harga Bawang Merah Butuh Waktu 9 Bulan untuk Turun

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tanaman bawang merah di Bantul. (Rheisnayu Cyntara/JIBI/Harian Jogja)

Komoditas pangan, mengenai distribusi bahan makanan perlu diperhatikan

Harianjogja.com, BANTUL – Akademisi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mencatat banyak aktor yang terlibat dalam proses distribusi dari petani ke konsumen membuat harga bawang merah selalu melonjak. Parahnya, lonjakan itu baru akan normal setelah menunggu sekitar sembilan bulan. Persoalan harga bawang merah ini dikupas dalam diskusi bertajuk Integrasi dalam Rantai Pasok Bawang Merah di Pulau Jawa di Ruang Sidang Utama Gedung AR Fachruddin A lantai 5, Kampus Terpadu UMY Sabtu (9/9/2017).

Advertisement

Dosen Agribisnis UMY Susanawati menyatakan, pihaknya telah melakukan penelitian terkait rantai pasok bawang merah. Untuk analisa rantai pasok tersebut, ia menggunakan wilayah yang ada petani bawang merah, seperti Cirebon, Brebes dan Nganjuk. Sedangkan pasar, ia memilih Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) Jakarta sebagai pusat konsumen.

Hasil analisanya, ia menemukan, rata-rata ada tujuh hingga delapan aktor yang terlibat dalam alur produksi hingga sampai ke konsumen. Selain itu ada tiga aliran yang sangat berpengaruh dalam alur tersebut yaitu produk, info dan uang.

“Saya menemukan aliran produk dari petani ke konsumen lancar di ketiga tempat tersebut. Tetapi informasi dan uang antar aktor ada yang tidak lancar. Contohnya, aliran uang antar calo ke petani dan aliran informasi antara bandar di pasar dan pengumpul besar. Ini yang kemudian mengakibatkan fluktuasi harga  bisa melonjak tinggi,” terangnya dalam rilis kepada Harian Jogja, Minggu (10/9).

Advertisement

Selain itu, lanjut dia, ada keterkaitan dari ketiga wilayah tersebut, seperti ada kenaikan harga yang terjadi secara serentak. Ia menemukan, ada waktu yang dibutuhkan agar harga kembali menjadi normal setelah mengalami kenaikan, yang rata-rata harus menunggu hingga sembilan bulan. Sebagian besar tidak lancarnya distribusi, disebabkan adanya permainan harga yang dilakukan sekelompok orang dalam rantai pasok tersebut.

“Saya menyarankan, pemerintah memaksimalkan peran koperasi bawang merah, untuk pemasaran. Penertiban perdagangan ilegal serta pembatasan impor saya kira juga dapat dilakukan untuk lebih mengutamakan keamanan pasar dalam negeri,” tegas dia.

Langkah penyelamatan itu harus dilakukan, mengingat bawang merah merupakan bumbu setiap dapur di Indonesia. Sebagian besar masakan rumahan menggunakannya sebagai bahan dasar. Sehingga bawang merah masuk sebagai komoditas penting dalam aktivitas perdagangan di berbagai pasar di Indonesia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif