SOLOPOS.COM - ilustrasi (ist)

Komoditas pangan berupa kelangkaan garam perlu segera ditangani.

Harianjogja.com, JOGJA — Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY tengah melakukan beberapa langkah menangani kelangkaan garam di DIY. Masalah ini cukup serius karena membuat harga garam  dan komoditas lainnya naik tajam.

Promosi Championship Series, Format Aneh di Liga 1 2023/2024

Dinas tak tinggal diam terkait masalah ini. Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag DIY Yuna Pancawati mengatakan, upaya yang dilakukan dinas di antaranya, mengecek distribusi garam serta monitoring distributor dan pedagang eceran garam.

“Kami juga menyampaikan laporan kondisi stok dan harga garam ke Kemendag [Kementerian Perdagangan],” katanya, Rabu (26/7/2017). Namun saat ditanya apakah Kemendag sudah memberikan respon, pihaknya belum memberikan keterangan.

Yuna mengakui, berdasarkan pemantauan Disperindag di Pasar Beringharjo, Kranggan, dan Demangan, stok garam yang dimiliki pedagang saat ini sangat terbatas.

“Kondisi saat ini, stok sangat berkurang bahkan di pasaran sangat terbatas karena belum ada pasokan,” ujarnya. Namun pihaknya juga tidak dapat menyampaikan berapa stok garam di DIY saat ini.

Mahalnya harga garam disebut-sebut sebagai imbas dari petani garam yang gagal panen. Di Pasar tradisional, harga garam ukuran 2,5 kg isi 12 bata yang biasanya hanya Rp15.000 saat ini dijual  Rp20.000 per plastik. Dampak kenaikan harga tersebut langsung berimbas pada komoditas lain yang membutuhkan garam sebagai bahan pengolahnya. Selain ikan asin, ada pula telur asin.

Pengusaha telur asin, Hermi asal Sleman mengakui, kelangkaan garam terjadi sejak pasca Lebaran. Biasanya untuk menopang produksinya, dalam sehari ia menyetok garam sampai 10 plastik tetapi kali ini hanya mendapat tiga plastik saja. Setiap dua hari sekali, ia membuat telur asin sebanyak 350 butir.

Karena kelangkaan garam, ia terpaksa menaikkan harga telur asin Rp250 per butir menjadi Rp2.750. Awalnya ia mengaku bingung. Ia takut pelanggannya akan berkurang jika harga yang dipatoknya terlalu tinggi. Namun, jika ia masih bertahan dengan harga yang sama yaitu Rp2.500 per butir, ia justru akan menanggung rugi.

“Sebenarnya kalau mau dikurangi kadar asinnya bisa, tapi ngrendemnya jadi lama. Yang biasanya 10 hari jadi tiga minggu. Kalau kelamaan [merendam] bisa busuk,” tuturnya. Setelah mempertimbangkan lagi, ia pun memiliih menaikkan harga telur asin dengan catatan ia juga memberikan informasi pada pelanggan jika harga bahan bakunya mahal.

Sebenarnya Berapa Kebutuhan Warga Jogja?

Dari sisi kebutuhannya, Kepala Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) DIY Syam Arjayanti menyampaikan, berdasarkan data pada 2015, konsumsi garam di DIY mencapai 2,8 gram per kapita per hari atau 1kg per kapita per tahun.

“Kebutuhan DIY dalam setahun sebesar 37 ton,” tuturnya, Rabu (26/7/2017).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya