Jogja
Kamis, 27 Juli 2017 - 15:55 WIB

KOMODITAS PANGAN : Harga Garam yang Tinggi Kerek Harga Kebutuhan Lain

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (ist)

Komoditas pangan berupa kelangkaan garam perlu segera ditangani.

Harianjogja.com, JOGJA — Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY tengah melakukan beberapa langkah menangani kelangkaan garam di DIY. Masalah ini cukup serius karena membuat harga garam  dan komoditas lainnya naik tajam.

Advertisement

Dinas tak tinggal diam terkait masalah ini. Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag DIY Yuna Pancawati mengatakan, upaya yang dilakukan dinas di antaranya, mengecek distribusi garam serta monitoring distributor dan pedagang eceran garam.

“Kami juga menyampaikan laporan kondisi stok dan harga garam ke Kemendag [Kementerian Perdagangan],” katanya, Rabu (26/7/2017). Namun saat ditanya apakah Kemendag sudah memberikan respon, pihaknya belum memberikan keterangan.

Advertisement

“Kami juga menyampaikan laporan kondisi stok dan harga garam ke Kemendag [Kementerian Perdagangan],” katanya, Rabu (26/7/2017). Namun saat ditanya apakah Kemendag sudah memberikan respon, pihaknya belum memberikan keterangan.

Yuna mengakui, berdasarkan pemantauan Disperindag di Pasar Beringharjo, Kranggan, dan Demangan, stok garam yang dimiliki pedagang saat ini sangat terbatas.

“Kondisi saat ini, stok sangat berkurang bahkan di pasaran sangat terbatas karena belum ada pasokan,” ujarnya. Namun pihaknya juga tidak dapat menyampaikan berapa stok garam di DIY saat ini.

Advertisement

Pengusaha telur asin, Hermi asal Sleman mengakui, kelangkaan garam terjadi sejak pasca Lebaran. Biasanya untuk menopang produksinya, dalam sehari ia menyetok garam sampai 10 plastik tetapi kali ini hanya mendapat tiga plastik saja. Setiap dua hari sekali, ia membuat telur asin sebanyak 350 butir.

Karena kelangkaan garam, ia terpaksa menaikkan harga telur asin Rp250 per butir menjadi Rp2.750. Awalnya ia mengaku bingung. Ia takut pelanggannya akan berkurang jika harga yang dipatoknya terlalu tinggi. Namun, jika ia masih bertahan dengan harga yang sama yaitu Rp2.500 per butir, ia justru akan menanggung rugi.

“Sebenarnya kalau mau dikurangi kadar asinnya bisa, tapi ngrendemnya jadi lama. Yang biasanya 10 hari jadi tiga minggu. Kalau kelamaan [merendam] bisa busuk,” tuturnya. Setelah mempertimbangkan lagi, ia pun memiliih menaikkan harga telur asin dengan catatan ia juga memberikan informasi pada pelanggan jika harga bahan bakunya mahal.

Advertisement

Sebenarnya Berapa Kebutuhan Warga Jogja?

Dari sisi kebutuhannya, Kepala Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) DIY Syam Arjayanti menyampaikan, berdasarkan data pada 2015, konsumsi garam di DIY mencapai 2,8 gram per kapita per hari atau 1kg per kapita per tahun.

“Kebutuhan DIY dalam setahun sebesar 37 ton,” tuturnya, Rabu (26/7/2017).

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif