Jogja
Sabtu, 17 Juni 2017 - 22:23 WIB

KOMODITAS PANGAN : Harga Kating Tinggi, Konsumen Bisa Substitusi ke Bawang Sinco

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang pedagang di Pasar Beringharjo menunjukkan bawang putih jenis sinco, Jumat (15/6/2017). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Komoditas pangan harga bawang putih masih tinggi

Harianjogja.com, JOGJA — Harga bawang putih masih stabil tinggi di kisaran Rp65.000-an. Masyarakat diminta mengganti konsumsi bawang putih kating menjadi bawang putih sinco yang harganya lebih murah.

Advertisement

Beberapa konsumen sudah melakukan itu. Mereka memilih beralih menggunakan bawang sinco yang pasokannya masih ada di pasaran dan harganya tidak mahal. Yuli salah satunya. Perempuan asal Pakem, Sleman ini pada awalnya selalu memasak menggunakan bawang kating tetapi karena saat berbelanja di Pasar Beringharjo banyak pedagang yang tidak menyediakan stok tersebut, ia pun memilih membeli bawang sinco.

“Mau gimana lagi, yang kating nggak ada jadi pakai sinco aja, meski rasanya beda,” katanya pada Harian Jogja saat berbelanja bawang putih di lantai 2 Pasar Beringharjo, kemarin (16/6/2017).

Menurutnya, rasa bawang kating lebih kuat daripada bawang sinco. “Kalau pakai yang kating cuma pakai dua siung, kalau yang sinco harus butuh satu gerombol. Jadi sebenarnya bawang kating mahal itu sama saja wong kita butuhnya cuma sedikit saja rasanya sudah tajam,” tuturnya.

Advertisement

Lain halnya dengan Lusi. Warga Ngemplak yang setiap hari membutuhkan bawang putih untuk memasak mie ayam ini menganggap rasa bawang putih sinco dengan kating sama, hanya saja perbedaan keduanya adalah pada aroma. Menurutnya, aroma kating lebih menyengat dan harum. “Tapi karena harganya [kating] mahal ya beli yang murah saja,” tuturnya.

Pedagang bawang putih di Beringharjo bernama Tri mengatakan, tiga hari ini pasokan kating di pasaran menipis. Dalam tiga hari ini saja ia terpaksa tidak menjual bawang jenis kating dan hanya menyediakan sinco. Meski stok sinco melimpah, tidak semua konsumen mau membelinya. Ada di antara mereka yang batal berbelanja lantaran stok kating tidak ada. “Beberapa memang ada yang terpaksa mau [membeli sinco] tapi kebanyakan nggak mau,” katanya.

Hal tersebut membuat penjualan bawang putihnya menurun. Jika biasanya bisa menjual sampai 30 km dalam sehari dengan komposisi mayoritas bawang kating, selama tiga hari ini hanya menjual Rp10 kg bawang sinco saja.  Ia mengakui, mayoritas konsumen memang lebih mantap menggunakan kating karena rasa dan aromanya yang kuat. Jika diibaratkan, bawang kating seperti ayam kampung yang memiliki rasa kuat dan kesat sementara bawang sinco hanya seperti ayam potong biasa.

Advertisement

Ia tetap berharap agar masyarakat mau beralih dengan bawang sinco karena lebih tahan lama dibandingkan kating. Dalam tiga bulan, katanya, bawang sinco masih bertahan dalam kondisi yang bagus sementara kating akan mengeropos.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif