SOLOPOS.COM - Calon Bupati Kulonprogo terpilih, Hasto Wardoyo menghadiri acara panen raya cabai di Dusun II Bugel, Kecamatan Panjatan, Kulonprogo, Jumat (19/5/2017). (Rima Sekarani I.N./JIBI/Harian Jogja)

Komoditas pangan untuk cabai menunjukkan penurunan harga

Harianjogja.com, KULONPROGO — Jelang Ramadan, masa panen cabai dimulai di wilayah Bugel, Kecamatan Panjatan, Kulonprogo. Namun, harga jual cabai merah keriting dari tingkat petani justru menurun dalam beberapa hari terakhir.

Promosi Banjir Kiper Asing Liga 1 Menjepit Potensi Lokal

Ketua Kelompok Tani Gisik Pranaji, Sukarman mengatakan, tanaman cabai di lahan seluas 50 hektare sudah siap panen. Produktivitasnya terbilang tinggi, yaitu mencapai 12-15 ton per hektare. Hanya saja, hal itu tidak diikuti dengan harga jual yang tinggi pula.

“Sebelumnya harga di pasar lelang dibuka dengan Rp20.000-Rp22.500 per kilogram. Menjelang puasa ini malah turun terus,” ujar Sukarman usai acara panen raya di Dusun II Bugel, Panjatan, Kulonprogo, Jumat (9/5/2017).

Sukarman mengungkapkan, penurunan harga terus terjadi secara bertahap. Harga jual cabai merah keriting awalnya turun menjadi Rp19.000, turun lagi menjadi Rp15.000, hingga kini hanya Rp12.000 per kg. Sukarman hanya bisa berharap harga kembali naik agar petani bisa mendapatkan banyak keuntungan di masa panen ini. Hal itu mengingatkan besarnya biaya produksi yang sudah dikeluarkan.

“Rp12.000 itu masih untung tapi sedikit,” kata Sukarman.

Staf Ahli Bupati Kulonprogo Bidang Pembangunan, Endang Purwaningrum memaparkan, cabai merupakan salah satu komoditas yang mempengaruhi tingkat inflasi. Jika harganya terlalu tinggi, konsumen akan kesusahan. Sebaliknya, petani jelas mengalami kondisi yang sulit apabila harga cabai terlalu rendah.

“Inflasi harus ditekan demi kepentingan masyarakat banyak. Perlu ada langkah khusus agar harga cabai tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah,” ucap Endang.

Endang lalu mengatakan, harga jual cabai di tingkat petani pernah mencapai Rp47.000 per kg pada akhir 2016 kemarin. Namun, angka itu memang cenderung menurun hingga sekarang menjadi Rp12.000 per kg. Menurutnya, petani bisa menyiasatinya dengan menghindari penanaman serentak sehingga ketersediaan cabai menjadi lebih stabil. Stok yang melimpah pada masa panen juga bisa diolah menjadi produk yang lebih awet dan meningkatkan nilai jual cabai.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY, Budi Hanoto menyatakan menaruh perhatian lebih kepada kestabilan harga komoditas yang mempengaruhi tingkat inflasi. Bank Indonesia berupa meredam potensi gejolak harga melalui pendampingan petani, termasuk Kelompok Tani Gisik Pranaji yang membudidayakan cabai merah keriting.

Petani didampingi untuk mengolah lahan pertaniannya secara tepat dan menggunakan bibit berkualitas untuk hasil yang optimal. “Bagaimana agar pendapatan petani lebih bagus dan konsumen tidak mengeluh. Harapannya inflasi bisa ditekan sehingga aktivitas ekonomi masyrakat juga lebih baik,” ungkap Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya