SOLOPOS.COM - Aneka bonsai (JIBI/Harian Jogja/Dok.)

Bonsai (JIBI/Harian Jogja/dok)

Bonsai, tanaman yang dikerdilkan itu terkesan menjadi tanaman kelas menengah. Padahal anggapan itu keliru. Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) menepisnya dengan menerima semua kalangan menjadi anggota.

Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia

PPBI di Kota Jogja telah berdiri sejak 1980-an. Para anggotanya belajar dengan detail cara membuat dan merawat bonsai. Karena perawatan yang tak mudah, perkumpulan ini menjadi ajang berbagi seputar bonsai.

Nano A.P, bagian Penelitian dan Pengembangan (Litbang) PPBI Jogja, pekan lalu menuturkan ia menggeluti tanaman bonsai dari nol. “Sejak kecil saya suka dengan bonsai,” ujarnya.

Selain aktif si PPBI ia juga sekaligus menjadi trainer tanaman bonsai di Jogja. “Bonsai itu miniatur kehidupan. Memiliki fungsi dan keunikan yang tak ada di pohon lainnya,” ujarnya.

PPBI memiliki pusat di Jakarta. Menurut Nano, perkumpulan ini lantas menyebar ke berbagai provinsi di Indonesia. Saat ini anggota PPBI Jogja sekitar 100 orang.

Nano memaparkan untuk bahan bonsai bisa dimulai dari biji, stek, maupun pencangkokan. Serta tunggul diambilnya dari alam. Namun, di kelompoknya sebisa mungkin meminimalis bonsai dari alam.

Jenis tanamannya pun beragam. Misalnya, beringin, serut, asem jawa, santigi, kimeng, sancang, dan lainnya. Kategorinya tetap berkarakter kecil dan berbatang besar.

“Kalau sudah hobi dan digeluti memang tidak terlalu susah. Sedangkan dulu orang melihat bahwa membelinya mahal merawatnya juga susah,” imbuhnya.

Uniknya, bonsai juga kadang-kadang perlu rawat inap seperti manusia yang sakit lalu menginap di rumah sakit. Nano menjelaskan rumahnya adalah semacam “rumah sakit” bonsai, tempat rawat inap. “Bahkan bonsai milik peserta yang dari Jambi pun jauh-jauh mengobati tanaman bonsainya di sini,” ujarnya.

Setiap tahunnya PPBI Jogja rutin menggelar pameran. pada 2007 lalu juga ikut dalam pameran bonsai se-Asia Pasifik yang diadakan di Sanur, Bali.

Dalam setiap pameran, biasanya berkumpul para pemburu, pedagang dan kolektor bonsai. Setiap event tersebut ada juri yang menilai bonsai-bonsai yang dibawa dari masing-masing wakilnya setiap cabang.

“Peserta dari seluruh cabang masing-masing mengirimkan empat wakilnya untuk mengikuti penilaian. Terlebih pada saat acara terakhir kemarin yakni Munas [Musyawaran Nasional], event paling besar,” ucapnya.

Acara yang diselenggarakan di Multi Media Training Center (MMTC) Jogja itu sekaligus pembentukan pengurus baru. Setiap empat tahun sekali diadakannya Musyawarah Nasional (Munas). Dan tahun ini Munas bertempat di Jogja.

Event-event selalu ada terus, hampir satu bulan dua sampai tiga kali. Ada pun penjuriannya yang terdiri dari empat kelas,” katanya. Kelas-kelas tersebut seperti prefect, regional, madya hingga bintang. Pesertanya pun dari seluruh Indonesia.

Untuk penilaiannya, menentukan gerak batang tanaman bonsai itu sendiri. Kemudian apakah sesuai proporsi bonsai. Dari sisi pangkal tanaman yang mana yang tumbuh secara seimbang.

Kelak, Nano berharap agar tanaman bonsai Indonesia bisa mulai membuka jalan untuk ekspor. Sejauh ini programnya sudah sampai ke luar negeri. Seperti Taiwan, Malaysia, dan Singapura sudah mengenal kelompok bonsainya ini.

BIODATA PPBI JOGJA

Ketua           : Billy Anggara

Wakil Ketua : Dwi Wahyu Budiono

Humas         : H.B. Prasetyo W

Litbang        : Nano A.P

Sekretaris     : Koko Santoso

Sekeretariat  : Sudagaran TR III/860 B, RT 043, RW 012, Yogyakarta, DIY 55244



Anggota       :100-an anggota dari berbagai kalangan

Web            : http//www.bonsaijogja.com

http//www.bonsaijava.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya