SOLOPOS.COM - Suasana ratusan orang sedang menunggu perundingan terkait penyelesaian konflik Gua Pindul di Kantor Setda Pemkab Gunungkidul, Kamis (7/8/2014). (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Sengketa obyek wisata Gua Pindul memasuki babak baru. Kubu Atiek Damayanti melalaui saudaranya Penny membuat pernyataan tidak akan mengganggu terkait pengelolaan obyek wisata tersebut.

Surat pernyataan ini merupakan yang kedua kalinya.

Promosi Santri Tewas Bukan Sepele, Negara Belum Hadir di Pesantren

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, emosi warga Pindul memuncak saat lima orang suruhan Atiek Damayati berusaha menarik paksa retribusi kepada pengunjung Gua Pindul, Kamis (7/8/2014) sekitar pukul 14.00 WIB.

Kelima orang tersebut antara lain Penny selaku ipar Atiek Damayanti, tiga orang pengawal yakni Taufik Haryanto, Untung, Yudi Hermawan. Sementara itu, satu orang lainnya, Basuki bertindak sebagai sopir Toyota Kijang AB 1942 SH.

Dalam upaya menarik retribusi, mereka tak segan-segan menghalang-halangi pengujung untuk masuk menyusuri area gua sepanjang 300 meter itu. Hal inilah yang membuat emosi warga dan pengelola memuncak. Pasalnya, tindakan tersebut merupakan puncak dari kubu Atiek untuk menarik retribusi sebesar Rp20.000 kepada pengujung.

“Atas tindakan tersebut warga menjadi marah. Untung saja polisi cepat datang, kalau tidak mereka berlima pasti akan diamuk warga. Saking jengkelnya, ada warga yang sampai memukul kentongan supaya massa yang datang lebih banyak lagi,” kata salah seorang pemandu wisata Gua Pindul, Eko, Kamis (7/8/2014).

Sebelum melaksanakan perundingan di kantor Sekretariaat Daerah Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Penny selaku wakil dari Atiek Damayanti mengajak warga untuk melakukan perundingan di rumah ibu mertua Atiek Damayanti, di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo. Namun, dirasakan tempat tersebut kurang aman, maka tempat perundingan pun dipindah.

“Masyarakat sudah jengah dan marah atas tindakan sepihak kubu Atiek,” ungkapnya.

Perundingan di Kantor Sekda ini dipimpin langsung oleh Asisten  Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Tomi Harahap. Proses perundingan sendiri berlangsung alot. Pengelola meminta kubu Atiek tak lagi mengganggu pengelolaan Gua Pindul.

Penny mengakui kedatangannya ke Pindul untuk menarik kompensasi wisatawan. Sebab, selama ini Atiek merasa memiliki lahan di atas Gua Pindul, sehingga merasa berhak mendapatkan kompensasi terkait keberadaan obyek wisata susur gua itu.

“Saya ke sini untuk meminta kompensasi sebesar Rp20.000 perorang. Saya juga sempat meminta kompensasi langsung kepada wisatawan akan masuk ke dalam gua,” akunya.

Sementara itu, salah seorang pengawal, Taufik Haryanto mengaku tidak mengetahui maksud dan tujuan ke Pindul. Pasalnya, ia dan kedua rekanya hanya diajak oleh Penny. “Saya kesini hanya diajak, dan tidak tahu maksud dan tujuannya apa?” ucapnya.

Sementara itu, di luar ratusan massa warga Bejiharjo dengan seksama menunggu proses penyelesaian konflik tersebut. tak jarang, seruan warga meminta Penny untuk segera keluar dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan tersebut. Akhir dari perundingan, Penny membacakan surat pernyataan permohonan maaf dan berjanji tidak akan mengungkit-ungkit keberadaan wisata Pindul lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya