SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Konservasi hewan juga dapat dilakukan untuk hewan melata seperti ular.

Harianjogja.com, SLEMAN – Yayasan Studi Ular Indonesia Sioux menyelenggarakan edukasi tentang seluk beluk ular “Nuansa Ular” di 12 kota di Indonesia mulai 20 September hingga 29 November 2015.

Promosi Ijazah Tak Laku, Sarjana Setengah Mati Mencari Kerja

“Kegiatan edukasi di tiap daerah ditargetkan bisa diikuti minimal 50 orang yang bisa diberi pemahaman bahwa hewan melata tersebut tidak menakutkan,” kata Ketua Yayasan Studi Ular Indonesia “Sioux” Aji Rachmat di Yogyakarta, Sabtu (19/9/2015).

Menurut dia, agenda Nuansa Ular ini merupakan pengenalan hewan melata ular yang terbuka untuk masyarakat umum.

“Kegiatan yang kami lakukan ini terbuka untuk umum. Siapa saja, usia berapa saja, dan berpindah-pindah dari kota ke kota,” katanya.

Ia mengatakan semakin banyak orang tahu dan paham tentang ular, maka mereka tidak akan takut lagi akan hewan yang beberapa jenis diantaranya dapat tumbuh besar dan panjang bisa lebih dari lima meter ini.

“Dengan pemahaman yang baik di masyarakat, maka ular juga semakin jauh dari pembunuhan yang tidak perlu,” katanya.

Aji mengatakan beberapa kota yang dijadwalkan akan dikunjungi untuk edukasi tersebut diantaranya Bekasi, Tangerang, Sukabumi, Lampung, Depok, Batam, Malang, Bandung, Semarang, Jakarta, Malang, dan Yogyakarta.

“Harapannya minimal setiap kotanya 50 peserta, tapi sebanyak mungkin bisa lebih baik,” katanya.

Humas Yayasan Studi Ular Indonesia “Sioux” Mas Irmawan, mengatakan mereka yang mengikuti agenda ini akan mendapatkan edukasi, mulai dari menghadapi ular tersebut, hingga ketika terkena gigitan.

“Kami memberikan edukasi, yang memang banyak orang belum tahu. Menghindari ular tersebut dijual, dibunuh, karena nanti ular akan habis,” katanya.

Sebelumnya Yayasan Studi Ular Indonesia atau Sioux mengingatkan masyarakat berhati-hati terhadap serangan ular pada musim kemarau panjang karena ular besar berpotensi keluar dari sarang.

“Kami mengimbau jika masyarakat menemukan ular keluar sarang dan masuk ke area perumahan, jangan dibunuh dan biarkan pergi dengan sendirinya. Jika menimbulkan ketakutan bisa menghubungi kami untuk memindahkan ular tersebut ke tempat yang aman,” kata Aji Rachmat.

Menurut dia, musim kemarau saat ini yang lebih kering dibandingkan biasanya ada pengaruh yang dialami hewan jenis ini.

“Ular butuh minum, sehingga akan mencari sumber mata air, apalagi kemarau saat ini lebih kering,” katanya.

Ia mengatakan sebenarnya ketika menemui ular yang berukuran besar tersebut tidak berbahaya. Asalkan jangan sampai bersentuhan.

“Kalau ketemu ular berukuran besar, jangan sampai bersentuhan. Karena ular bisa tiba-tiba beringas. Akan sangat dikhawatirkan, ketika bertemu dengan ular kemudian langsung dibunuh. Karena dirasa telah menjadi musuh bagi manusia,” katanya.

Ia mengatakan, masyarakat bisa melaporkan ke pihaknya ketika menemui dan ketakutan terhadap ular.

“Tidak hanya di DIY saja, namun yayasan kami sudah ada anggotanya di beberapa daerah di Indonesia. Ketika masuk rumah, lebih baik ular tersebut dipindahkan ke tanah. Maka akan pergi dengan sendirinya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya