SOLOPOS.COM - SATU LIANG—Keluarga korban tak kuasa menahan tangis saat menyaksikan kedua korban tenggelam dimakamkan dalam satu liang, Senin (14/5), pukul 14.00 WIB. (JIBI/Harian Jogja/Apriliana Susanti)

SATU LIANG—Keluarga korban tak kuasa menahan tangis saat menyaksikan kedua korban tenggelam dimakamkan dalam satu liang, Senin (14/5), pukul 14.00 WIB. (JIBI/Harian Jogja/Apriliana Susanti)

Sahabat sejati, sehidup semati, seliang lahat. Itulah kisah tragis dua sahabat karib Yoga Haris Kurniawan, 15 dan Andi Subroto, 15. Persahabatan keduanya tak terpisahkan sejak kecil. Mereka bercanda hingga bermain bola bersama.

Promosi Tragedi Kartini dan Perjuangan Emansipasi Perempuan di Indonesia

Bahkan saat ditemukan meninggal karena tenggelam di bendungan Banyumoto, kawasan Gua Pindul, Minggu, (13/5), mereka saling bergandengan tangan. Untuk itulah kedua keluarga sepakat untuk memakamkan mereka dalam satu liang lahat, Senin (14/5).

“Sejak kecil mereka selalu bersama. Jangankan bermain bersama, satu buah permen saja dibagi berdua. Keluarga Yoga tadi meminta agar keduanya dimakamkan satu liang,” ungkap Mbah Karto, 75, kerabat salah satu korban, Andi, saat ditemui Harian Jogja, pada pemakaman cucunya, Senin, (14/5).

Isak tangis pilu mengiringi saat peti mati keduanya diturunkan dalam satu liang lahat. Seperti halnya orang tua, keluarga dan rekan-rekan kedua korban lainnya, Mbah Karto pun tak kuasa menahan tangis kesedihannya. Kedua orang tua Andi bahkan tak sanggup untuk mengantar jenazah anak mereka ke tempat peristirahatan terakhirnya di permakaman Baleharjo.

“Sejak kemarin [Minggu, 14/5], bapak ibunya sangat terpukul dan sering menatap hampa. Ibunya sedang hamil delapan bulan dan dia tidak sanggup menunggui jenazah anaknya di rumah, karena itulah dia diungsikan ke rumah budenya di depan rumahnya,” papar Mbah Karto.

Mbah Karto menuturkan, sebelum Andi meninggal, banyak anggota keluarga yang mendapat firasat lewat mimpi. Ia sendiri bahkan mengaku bermimpi didatangi dua bidadari empat hari sebelum peristiwa melilukan itu terjadi.

“Banyak sudara yang mendapat firasat, seperti ngimpi manten, wayangan, bayi mati, pokoknya keramaian di rumah Andi. Empat hari lalu saya ngimpi didatangi dua bidadari. Mereka melemparkan ontel [bunga pisang] ke saya, tapi tidak kena. Setelah mimpi itu hati saya rasanya jadi tidak karuan,” tutur Mbah Karto yang rumahnya hanya berjarak 100 meter dari rumah korban.

Seperti dituturkan salah seorang tetangga korban, malam sebelum meninggal, yakni Sabtu (12/5), Andi sempat meminta teman-teman di desanya untuk berkumpul di rumahnya pada hari Minggu. Ia tak menjelaskan lebih jauh mengapa teman-temannya harus berkumpul di hari itu.

“Malam sebelum meninggal, berkali-kali ia bilang ke temen-temennya pas acara ronda supaya mereka berkumpul di rumahnya keesokan harinya. Ternyata itu salah satu tanda ia mau pergi,” tutur salah seorang tetangganya.

Keluarga Yoga ikut  mengantar jenazah sampai ke pemakaman. Kembaran Yoga, yakni Yogi Haris Setiawan tampak berusaha kuat untuk tabah melepas saudaranya. Ikut dimakamkan bersama Yoga dan Haris yakni benda-benda yang sering mereka pakai seperti seperangkat alat makan, satu setel pakaian, dan kantong jenazah yang dipakai untuk membungkus keduanya saat dievakuasi pada Minggu, (14/5).

Bupati Gunungkidul Badingah dan rombongannya juga turut hadir ke rumah duka. Sebelumnya pada Minggu (14/5) malam, Kepala Desa Bejiharjo dan pengelola sadar wisata Gua Pindul juga hadir ke rumah duka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya