SOLOPOS.COM - KERAJINAN—Kerajinan sulam karya warga korban erupsi Merapi dijual di Balai Desa Wukirsari, Cangkringan. (JIBI/Harian Jogja/Swity Sabandar)

KERAJINAN—Kerajinan sulam karya warga korban erupsi Merapi dijual di Balai Desa Wukirsari, Cangkringan. (JIBI/Harian Jogja/Swity Sabandar)

Halaman Balai Desa Wukirsari, Cangkringan disulap menjadi areal pameran serupa pusat perbelanjaan. Stan di salah satu sudut menawarkan pernak-pernik, mulai dari ikat rambut, bandana, bros untuk kerudung, sarung ponsel, serta tas.

Promosi Isra Mikraj, Mukjizat Nabi yang Tak Dipercayai Kaum Empiris Sekuler

Semua barang terbuat dari bahan yang seragam, sekalipun warnanya beraneka macam. Rajut Merapi, demikian kelompok perempuan pembuat kerajinan rajutan wol itu.

Tuti Harjanti penjaga stan mengaku dagangannya terjual sesaat setelah stan buka. “Acara ini pameran perdana kami,” ujarnya di sela-sela Gelar Potensi Produk Makanan Olahan dan Souvenir di Balai Desa Wukirsari, Cangkringan, Senin (6/8) lalu.

Perempuan kelahiran 44 tahun silam tersebut bersyukur karena hasil kerajinannya diminati. Terlebih baru empat bulan kelompok Rajut Merapi memulai kegiatannya.

Kelompok Rajut Merapi beranggotakan warga terdampak erupsi Merapi dan dilatih Kementerian Perindustrian di Gendhis Bag Bedog. Waktu itu, setiap desa di Cangkringan mengirimkan perwakilannya.

Perempuan warga Karangpakis, Wukirsari ini pun menjadi salah satunya. Dalam pelatihan warga mendapat modal berupa satu kilogram benang. Sesampainya di rumah, ibu dari tiga anak ini pun segera mempraktikkan dan menjadikan rajut sebagai hobi untuk mengisi waktu luang.

“Hasilnya lumayan untuk dijadikan tambahan penghasilan,” ujar dia sembari menyebutkan belum pernah menghitung omzet keseluruhan. Dalam sehari, ia bisa merajut dua buah sarung ponsel, sementara untuk produk tas membutuhkan waktu sekitar lima hari.

“Biarpun permintaan tinggi, tapi kalau tidak ada uang untuk beli bahan ya percuma,” ungkap Tuti. Satu kilogram benang, imbuhnya seharga Rp100.000 dan bisa untuk menghasilkan dua buah tas rajut ukuran tanggung.

Inastri, salah satu anggota Kelompok Rajut Merapi, menyebutkan, rata-rata barang yang dijual di pameran berkisar Rp3.000 hingga Rp200.000. “Produk yang paling banyak dicari, bros untuk kerudung dan tas,” tukas perempuan kelahiran 1978 ini.

Warsini, 36, warga Wukirsari, mengatakan mencari tas kecil di stan tersebut, namun ternyata sudah laku terjual. “Stan ini memang ramai karena satu-satunya stan yang menjual aksesoris,”ujarnya. Sedangkan stan lainnya, sambung ibu rumah tangga ini, rata-rata menjual produk makanan dan batik.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Kabupaten Sleman, Pranowo, gelar potensi di Desa Wukirsari digelar Senin-Kamis (6-9/8) sedangkan gelar potensi II dilaksanakan di Desa Kepuharjo, Kamis (9/8). “Dalam penjualan produknya akan diperkenalkan sistem diskon atau potongan harga agar masyarakat mau dan mampu membeli sekaligus sebagai bahan promosi,” pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya