SOLOPOS.COM - CARI AIR—Karso (kiri) memikul jeriken air bersama saudaranya, Marto di Desa Jepitu, Kecamatan Girisubu belum lama ini. (JIBI/Harian Jogja/Endro Guntoro)

CARI AIR—Karso (kiri) memikul jeriken air bersama saudaranya, Marto di Desa Jepitu, Kecamatan Girisubu belum lama ini. (JIBI/Harian Jogja/Endro Guntoro)

Musim kemarau menyebabkan krisis tahunan di Gunungkidul, yakni krisis air bersih. Warga yang tinggal di daerah rawan kekeringan terpaksa bekerja lebih keras dari biasanya. Pengeluaran mereka juga bertambah lantaran harus membeli air bersih dari tangki yang disediakan perusahaan swasta.

Promosi Komeng Tak Perlu Koming, 5,3 Juta Suara sudah di Tangan

Tidak ada keletihan yang tampak dari raut wajah Karso dan Marto warga pesisir di Desa Jepitu, Kecamatan Girisubo. Meskipun tiap hari harus menepuh perjalanan empat kilometer pulang pergi demi mendapatkan air untuk sapi peliharaan di ladang, mereka menjalaninya dengan suka cita sebagai rutinitas petani desa di kawasan krisis air.

Di bawah terik matahari yang membakar kulit yang mulai keriput, dua bersaudara ini tetap tabah. Dari matanya, tak ada banyak tuntutan selain hanya sepikul air demi si sapi kebanggaan.

Saben dinten ngeten niki mas. Naminipun tiyang ndeso. Mendet toya supados sapi ten wono boten bengak-bengok. [Tiap hari ya seperti ini. Namanya saja orang desa. Ambil air untuk sapi di ladang agar tidak teriak kehausan],” kata Karso saat Harian Jogja menghentikan langkah keduanya, belum lama ini.

Sepikul air atau dua ember baru saja diambil dari sumber mata air Puring, sekitar satu kilometer sebelum Pantai Wediombo. Air sepikul itu hanya cukup untuk kebutuhan sehari untuk sapi peliharaanya. “Benjang mendet malih. [Besok ambil lagi],” sahut Marto menyela.

Kedua petani ini mengaku sudah puluhan tahun menjalani aktivitas mengangsu air ke Puring. Berangkat dari ladang ke Puring, dan kembali lagi ke ladang. Keduanya mengaku hanya berjalan memikul air itulah yang bisa dilakukan agar si sapi tetap kenyang. Meskipun jalur Jepitu-Wediombo hampir 15 menit sekali melintas truk tangki yang hendak mengirim ke rumah-rumah penduduk di Girisubo dan sebagian Rongkop.

Tidak ada perbincangan serius dari dua saudara selama berjalan empat kilometer untuk berburu air selain hanya seputar lembu peliharaan, hasil panen, hasil rapat pertemuan kelompok tani atau bahkan hasil arisan RT.

Disinggung soal harapan mereka akan sulitnya mendapatkan kebutuhan air, dua petani ini hanya tersenyum. Keduanya menyerahkan masalah sulit air rutin melanda  Girisubo dan wilayah lain ke pemerintah.

Sing amrih proyogi pemerintah. Kula niki naming tiyang bodo. Tiyang deso. Ajrih jawab. Ning saking jaman kula alit toyo mriki angel saben ketigo. Regine awis. [Yang lebih berwenang pemerintah. Kami hanya orang bodoh. Hanya orang desa. Takut salah menjawab, yang jelas sudah sejak kami kecil air di sini sulit didapat tiap kemarau. Mahal harganya],” tutur Karso.

Petani tadah hujan ini juga mengaku tidak pernah tahu apa yang telah dilakukan wakil rakyatnya. Meskipun setiap musim pemilu, Karso, Marto dan warga lain selalu menyempatkan datang ke tempat pemungutan suara menggunakan hak pilih mereka.

“Lebih baik jalani apa adanya. Siapa tahu nanti setelah seangkatan kami ini tidak ada lagi [mati], Gunungkidul tak menderita karena air. Angkatan cucu-cucu tak lagi jalan empat kilometer memikul air,” ujar Pawiro, 67, sahabat Karso dan Marto.

Penanganan masalah kesulitan air bersih di Girisubo nyaris tidak pernah terasakan. Meskipun anggaran dropping telah diserahkan kecamatan untuk mendekatkan akses masyarakat, tetap saja warga tak signifikan merasakan solusi itu. Sumber mata air Puring tetap jadi primadona di musim kemarau dan membeli air salah satunya jalan untuk bertahan hidup.

Beberapa sopir tangki swasta ditemui Harian Jogja mengaku telah mengirim pesanan air bersih rata-rata tiga kali untuk setiap rumah, seharga Rp80.000 sampai Rp110.000 per 5.000 liter. Selain untuk kebutuhan masak, mandi dan urusan rumah tangga, memberikan kebutuhan ternah sangat utama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya