Jogja
Minggu, 15 November 2015 - 12:20 WIB

KULINER BANTUL : Abon Ayam Diminati Warga Jakarta

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Yumaroh sedang berjualan daging ayam di Pasar Sentul, Jogja, Jumat (21/8/2015). (JIBI/Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah)

Kuliner Bantul berupa abon ayam memiliki permintaan yang tinggi.

Harianjogja.com, BANTUL – Kerajinan abon ayam, makanan yang terbuat dari serat daging produk industri rumahan di Kabupaten Bantul diminati konsumen dari berbagai kota besar di antaranya Jakarta.

Advertisement

“Kadang-kadang ada konsumen yang beli untuk oleh-oleh keluarganya di Jakarta, Bandung dan Tangerang, namun yang rutin dari Jakarta,” kata pemilik industri pembuatan abon ayam pedukuhan Sumber Batikan, Desa Trirenggo, Marsih di Bantul, Sabtu (14/11/2015).

Menurut dia, permintaan produk makanan abon ayam dari konsumen luar daerah tersebut cukup banyak, setiap kali pembelian bisa mencapai lima kilogram abon, baik datang langsung maupun permintaan pengiriman.

“Kalau yang dari Bandung dan Tangerang tidak rutin, kadang sebulan dua bulan sekali baru membeli, namun kalau ke Jakarta rata-rata seminggu sampai sepuluh hari sekali, kalau mengirim maksimal beratnya lima kilogram,” katanya.

Advertisement

Namun demikian, kata dia, kalau bertepatan dengan liburan maupun pada saat bulan puasa hingga libur Lebaran permintaan abon ayam produksinya meningkat hingga lima kali lipat dibanding hari biasa.

Ia mengatakan, peningkatan permintaan abon ayam datang dari konsumen luar daerah maupun komsumen lokal yang menjadi langganan, serta permintaan untuk menambah stok di sejumlah kios camilan maupun toko oleh-oleh di Bantul.

“Kapasitas per hari rata-rata sekitar sepuluh kilogram abon, namun kalau bulan puasa atau Lebaran bisa sampai 50 dampai 60 kilogram sehari, jadi tergantung permintaan,” katanya.

Advertisement

Marsih mengatakan, abon ayam dari industrinya dijual dengan harga Rp12.000 per kemasan (berat 100 gram), namun kalau sampai di tingkat pedagang besar maupun toko oleh-oleh bisa mencapai di atas Rp15.000 per kemasan.

Sementara itu, ia mengatakan dirinya merintis usaha pembuatan abon di rumahnya sendiri sejak 2007, atau usai gempa bumi Bantul 2006, sebelum mengawali usaha tersebut dirinya bekerja di pembuatan abon sapi milik orang lain selama enam tahun.

“Sebelumnya saya kerja di pembuatan abon sapi, namun gempa 2006 saya sakit (korban gempa), karena merasa tidak sehat, kerja di tempat lain tidak bisa, makanya berbekal ilmu itu saya kemudian usaha sendiri membuat abon ayam,” katanya.

Dalam menjalankan usaha pembuatan abon, dirinya selalu dibandu seorang tenaga kerja yang berasal dari warga setempat, namun jika permintaan naik, jumlah tenaga kerja ditambah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif