SOLOPOS.COM - Teh sangit biasa disajikan dengan gula aren, berbeda dari biasanya gula ini digigit langsung ketika meminum teh.(Sekar Langit Nariswari/JIBI/Harian Jogja)

Kuliner Kulonprogo berikut berupa teh yang diproses dengan cara disangrai.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Teh ini merupakan hasil kreasi penduduk sekitar perkebunan teh yang mencoba mengolah komoditi dengan cara yang sederhana, tetapi menghasilkan cita rasa yang istimewa.

Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia

Kebun Teh Ngliggo merupakan kawasan dataran tinggi yang terletak di perbetasan Kulonprogo dan Magelang. Area sekitar kebun teh ini dikelilingi dengan puncak-puncak yang sudah tenar sebelumnya, seperti Kemukus dan Suroloyo. Nyaris setahun silam, wisata kebun teh ini telah ramai dikunjungi wisatawan karena efek sosial media. Namun, tak ada yang benar-benar menyadari jika teh yang disajikan di kampung ini berbeda dari biasanya.

“Penduduk sini minumnya teh yang disangrai,” ujar Ekowati, salah satu penduduk Dusun Ngliggo, Pagerharjo, Samigaluh, Kulonprogo.

Penamaan teh ini disesuaikan dengan proses pembuatan yang disangrai di atas tungku, yakni teh sangit. Eko yang juga membuka warung di area kebun teh ini menjelaskan jika kebiasaan meminum teh sangit sudah ada di masyarakat Nglinggo sejak lama. Meski hasil perkebunan teh juga diambil untuk diproses menjadi teh-teh di pabrik, namun masyarakat memilih mengolah sendiri teh bercitarasa pahit ini.

“Kalau di pabrik kan biasanya sudah dicampur melati dll,” ujar Eko.

Teh sangit terasa jauh lebih pahit daripada teh biasanya. Selain itu, teh ini juga khas dengan aroma asap yang menyertainya. Karena rasa pahit dan aroma sangit yang mendominasi ini membuat rasa sepat khas teh ini sulit ditemukan. Teh ini disajikan dengan cara diseduh dengan air panas hingga kental. Masyarakat sekitar memilih gula aren sebagai teman minum teh dan untuk meredakan rasa pahitnya.

“Biasanya arennya digigit terpisah,” ujar Eko.

Hal ini karena gula aren sendiri merupakan komoditi khas kampung ini. Selain itu, dahulu masyarakat juga sulit menemukan gula pasir karena kondisi perekonomian yang masih sulit.

Proses pembuatan teh ini diawali dengan memetik pucuk daun tehnya. Untuk menghasilkan teh hijau maka dipetiklah tiga daun teh teratas. Sedangkan untuk mendapatkan teh hitam diambil daun teh keempat hingga keenam. Setelah itu, teh didiamkan untuk menghilangkan getahnya untuk kemudian disangrai hingga tiga kali proses.

“Karena jika cuma sekali sangrai maka aroma sangitnya jauh lebih terasa,” ujar Krissudiarto, salah satu pedagang teh sangit di Nglinggo.

Proses sangrai ini juga tidak boleh sembarangan. Masyarakat biasa menggunakan kuali dari tanah liat yang ditaruh di atas tunggu dengan bara api menyala.

“Tidak boleh jika apinya menyala, hasilnya akan gagal,” jelas Krissudiarto.

Jeda waktu untuk tiap proses sangrai pun harus minimal setengah hari. Masyarakat biasanya menikmati teh ini sambil berdiam di dekat tungku karena dinginnya udara di kampung ini. Meski awalnya hanya dibuat untuk kebutuhan sehari-hari, teh ini akhirnya dijadikan produk dagangan sejak banyaknya wisatawan yang berkunjung ke kebun teh ini.

“Dulu ada yang menanyakan teh khas sini, maka mulai dijual lah,” ujar Krissudiarto.

Kini teh ini menjadi teh yang selalu tersaji di warung-warung di Kebun Teh ini. Selain menyajikan secara langsung, masyarakat sekitar juga menyediakan teh sangit ini dalam kemasan. Teh ini dijual dalam ukuran 20- 30 gram per bungkus dengan harga jual sekitar Rp6000.

Setiap warung menyediakan teh hitam dan teh hijau berbeda-beda tergantung persediaan. Karena masih bersifat home industry maka teh kemasan ini tidak dilengkapi dengan merk apapun.

Krissudiarto sendiri mengungkapkan jika teh-teh kemasan ini didapatkannya dari tetangga sekitar yang membuat teh sangit ini untuk kebutuhan rumahan. Karena itulah, tiap warung biasanya hanya menyediakan teh sangit kemasan sejumlah 10-15 bungkus.

Dia menguraikan jika banyak respon yang muncul dari wisatawan terkait teh sangit ini. Kebanyakan wisatawan heran dengan rasa yang dihadirkan oleh teh ini namun banyak juga yag kemudian tertarik untuk membeli teh kemasan ini sebagai oleh-oleh. Ia juga menceritakan jika pernah ada wisatawan yang khusus datang kembali ke kawasan Kebun Teh Nglinggo untuk membeli teh ini.

“Sekarang malah kebanyakan datang carinya teh sangit,” ujar pria yang juga menjual dawet di warungnya ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya