SOLOPOS.COM - Yanto membungkus ‘Geblek Gurih’ di warungnya di tepi jalan Dekso-Kali Progo Kalibawang. (JIBI/Harian Jogja/Nina Atmasari)

Yanto membungkus ‘Geblek Gurih’ di warungnya di tepi jalan Dekso-Kali Progo Kalibawang. (JIBI/Harian Jogja/Nina Atmasari)

Banyak pilihan makanan untuk berbuka puasa. Bagi orang yang suka makan makanan ringan sebelum makan berat, menyantap aneka gorengan menjadi pilihan. Geblek salah satunya.

Promosi Berteman dengan Merapi yang Tak Pernah Berhenti Bergemuruh

Melewati ruas-ruas jalan raya di wilayah Kulonprogo, pengendara akan banyak menemui penjual geblek di pinggir jalan. Makanan yang terbuat dari ketela ini merupakan camilan khas Kulonprogo. Rasanya yang kenyal dan gurih namun tidak membuat kenyang akan memuaskan lidah tanpa membuat perut cepat penuh. Karenanya, geblek menjadi salah satu alternatif makanan ringan untuk berbuka puasa.

Hal itu seperti diungkapkan oleh Yanto, pengusaha geblek dari Dusun Bejaten Jatisarono Nanggulan. Ia mengatakan pada bulan puasa ini, banyak warga yang membeli geblek sebagai makanan pembuka saat berbuka. Hal itu diketahui dari penjualan menjelang magrib yang selalu ramai di tempatnya berjualan.

Pria yang sudah 13 tahun membuka usaha penjualan geblek itu kini memiliki tiga tempat penjualan geblek, yakni di jalan raya Nanggulan Dusun Grubug Jatisarono, jalan raya Dekso-Kali Progo Kalibawang dan jalan raya Sentolo. “Dari tiga warung itu, sehari bisa menjual 60 kilogram geblek,” katanya, kepada Harian Jogja, belum lama ini.

Jumlah itu meningkat tajam dari semula ia mulai berjualan tahun 1999 yakni hanya lima kilogram sehari. Ternyata, seiring perkembangan waktu, geblek buatannya semakin diminati masyarakat. Di warungnya, ia memberi nama jualannya ‘Geblek Gurih Nanggulan’. Ia biasa mulai berjualan pada pukul 16.00 WIB hingga malam pukul 20.00 WIB.

Karena ingin fokus dalam makanan khas itu, ia hanya menjual geblek, tanpa gorengan lain. Namun belakangan, ia juga menjual tahu soda dan tempe benguk untuk alternatif pilihan.

Yanto menjelaskan, geblek yang dijualnya itu dibuat sendiri di rumahnya. Dibantu empat karyawan, ia mengolah tepung ketela dan bumbu sehingga rasanya pas. Campuran itu kemudian ditanak hingga matang menghasilkan adonan lumat. Adonan itu kemudian dicetak berbentuk bulat seperti cincin dan dirangkai tiga cincin. Bahan mentah ini kemudian dibawa ke warung.

Di dalam warung, sambil menunggu pembeli, ia menggoreng geblek itu hingga matang. Pengoorengan dilakukan sedikit demi sedikit agar saat dijual masih dalam kondisi panas. “Biasanya pembeli suka yang panas, jadi gorengnya sedikit-sedikit,” ujarnya.

Purwanto, salah satu warga Kalibawang mengaku suka makan geblek karena kenyal, rasanya yang gurih dan tidak membuat kenyang. “Setiap buka, habis minum kemudian makan geblek dulu. Enak di lidah dan tidak membuat kenyang. Jadi cocok untuk makanan pembuka,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya