SOLOPOS.COM - Pameran kerajinan (ilustrasi)

Harian Jogja.com, KULONPROGO—Sejumlah kalangan mulai mengkritik penyelenggaraan Kulonprogo Expo 2013 yang digelar di Alun Alun Wates, 28 September hingga 6 Oktober 2013.

Warga menilai panitia penyelenggara telah mengabaikan instruksi Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo, mengenai konsep bela dan beli Kulonprogo.

Promosi Championship Series, Format Aneh di Liga 1 2023/2024

Krisna, 35, salah satu perajin asal Sentolo mengaku tak bisa tampil dalam even tahunan Pemkab Kulonprogo itu. Dia mengaku dipersulit untuk tampil memasarkan produk buatannya di even itu.

Dia menuding panitia penyelenggara hanya berupaya mengejar keuntungan finansial semata sehingga mengabaikan potensi lokal yang sebenarnya menjadi brand utama pameran.

“Tujuan adanya Kulonprogo Expo itu memperkenalkan produk lokal. Lalu kenapa kami para perajin lokal justru tidak diterima. Padahal dalam even serupa sebelumnya kami  selalu tampil,” ujar Krisna kepada Harian Jogja.com, Senin (30/9/2013).

Budi, 40, salah satu pelaku usaha yang membuka stan di Kulonprogo Expo merasa pesimistis mendapat keuntungan.Pasalnya untuk membuka stan dia harus membayar mahal dibanding tahun lalu, sementara animo pengunjung belum menggembirakan.

“Tahun lalu kaveling paling mahal Rp500.000. Namun sekarang Rp500.000 merupakan kaveling termurah. Jelas kami akan merugi,” paparnya.

Sebelumnya, Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo, berkali-kali menyerukan gerakan bela dan beli Kulonprogo harus aktif dikampanyekan. Menurut Hasto, produk lokal harus mendapat prioritas agar keberadaannya segera terangkat dan dikenal masyarakat luas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya