Jogja
Kamis, 26 Oktober 2017 - 20:20 WIB

Kulonprogo Kembangkan Wisata Berbasis Budaya dan Ideologi, Seperti Apa?

Redaksi Solopos.com  /  Kusnul Istiqomah  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo mengikuti Gladhen Hageng Jemparingan Mataraman di Alun-alun Wates, Minggu (22/10/2017) kemarin. Kegiatan berskala nasional tersebut termasuk dalam rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Kulonprogo ke-66.(Istimewa/Dok.Humas Pemkab Kulonprogo)

Pemkab Kulonprogo tidak cuma ingin mengumpulkan rupiah yang melimpah dari Taman Kerajaan Nusantara, tetapi juga melestarikan kebudayaan Indonesia dan meningkatkan rasa cinta tanah air

Harianjogja.com, KULONPROGO-Pemkab Kulonprogo berupaya mengembangkan wisata berbasis budaya dan ideologi. Konsep tersebut dinilai akan membuat pariwisata Kulonprogo menjadi lebih kuat dibanding sekadar mengangkat keindahan pemandangan alam.

Advertisement

Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo mengaku bangga dengan pesatnya pertumbuhan objek wisata alam, seperti di kawasan perbukitan menoreh. Dia yakin jumlah wisatawan yang berkunjung semakin banyak setiap tahun, terlebih berkat peran media sosial sebagai sarana promosi masa kini. Namun, dia juga punya kekhawatiran mengenai lamanya popularitas wisata alam.

“Pengembangannya secara fisik dan hanya untuk menikmati dengan pandangan mata itu mudah ditiru orang lain,” kata Hasto, Kamis (26/10/2017).

Hasto berpendapat, penerapan konsep wisata berbasis budaya dan ideologi bisa membuat pariwisata Kulonprogo tidak hanya hidup dengan popularitas musiman. Pengelola wisata akan diarahkan untuk menyajikan sesuatu yang tidak mudah ditiru sehingga menjadi obyek wisata yang dikembangkan bisa terus beroperasi karena memiliki keunggulan yang berbeda dengan daerah lain.

Advertisement

Rencana pembangunan Taman Kerajaan Nusantara di wilayah Pendoworejo, Girimulyo disebut sebagai salah satu implementasi konsep wisata berbasis budaya dan ideologi. Pemkab Kulonprogo tidak cuma ingin mengumpulkan rupiah yang melimpah dari Taman Kerajaan Nusantara, tetapi juga melestarikan kebudayaan Indonesia dan meningkatkan rasa cinta tanah air.

Hasto mengungkapkan, pihaknya tengah bersiap menyelenggarakan Festival Kampung Nusantara di Pendoworejo pada November nanti. Acara itu diharapkan meningkatkan daya tarik pariwisata, khususnya di kawasan perbukitan menoreh. Di sisi lain, Hasto menyebutnya sebagai langkah awal menyongsong proyek Taman Kerajaan Nusantara.

“Soal pengembangan wisata, saya juga punya prinsip ada ideologi melestarikan budaya lokal di dalamnya, tidak hanya cari uang,” ujar Hasto.

Advertisement

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kulonprogo Krissutanto mengatakan, nuansa budaya bisa ditampilkan melalui hal-hal sederhana oleh pengelola obyek wisata. Dia menyontohkan, pengelola wisata bisa mengenakan baju lurik saat melayani pengunjung, menyediakan bangunan joglo, atau menggunakan aksara Jawa dalam penulisan papan petunjuk di kawasan wahana wisata.

Krissutanto juga merekomendasikan adanya paket wisata yang mengangkat potensi kearifan lokal. Paket tersebut bertujuan mengajak wisatawan mengenal kehidupan masyarakat Kulonprogo lebih dekat, misalnya dengan terlibat dalam pembuatan gula semut, membatik, atau bermain dolanan tradisional seperti egrang, gobag sodor, dan cublak-cublak suweng.
“Jadi wisatawan tidak hanya datang untuk melihat pemandangan saja,” ungkap Krissutanto.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif