SOLOPOS.COM - Ilustrasi campak. (webmd.com)

Kasus campak marak terjadi di Gunungkidul karena rendahnya kesadaran masyarakat untuk memberikan imunisasi pada bayi.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL- Kasus campak marak terjadi di Gunungkidul karena rendahnya kesadaran masyarakat untuk memberikan imunisasi pada bayi.

Promosi Uniknya Piala Asia 1964: Israel Juara lalu Didepak Keluar dari AFC

Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembayun Setyaningastuti mengatakan jumlah kasusnya hingga Mei 2017 mencapai tujuh kasus. Jumlah ini merupakan kasus tertinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang biasanya berkisar antara 0 hingga satu kasus.

Ia mengatakan, jika campak di wilayah endemis lebih dari lima kasus sebenarnya dinyatakan kejadian luar biasa (KLB). Tetapi, di Gunungkidul ini tidak dinyatakan KLB dengan alasan kasusnya ada di beberapa titik wilayah endemis yang memiliki jarak.

Dari hasil analisis media, penyebab tingginya kasus campak di Gunungkidul, karena rendahnya kesadaran masyarakat untuk memberikan imunisasi kepada anak, terutama imunisasi campak.

Pembayun menyebut, maraknya campak di Gunungkidul sebagai dampak dari pekerjaan pemerintah antara tiga hingga empat tahun silam. Bahwa upaya pencarian pasien yang belum imunisasi untuk kemudian diberikan imunisasi tergolong kecil jumlahnya.

Berdasarkan pencarian oleh tenaga kesehatan Gunungkidul terhadap masyarakat yang seharusnya diimunisasi itu tidak mencapai hasil optimal.

“Kalau tadi pagi saya tanya teman-teman, mereka hanya dapat 50 – 60 orang [yang tidak melakukan imuniasi untuk diberi imunisasi], itu satu kabupaten. Padahal kabupaten lain sudah dapat dua ratusan lebih. Masalah yang di Gunungkidul ini, pada saat tiga atau empat tahun lalu, pencarian pasien untuk diimunisasi memang kecil,” terang mantan Direktur RS Grhsia Pakem ini.

Selain itu kemungkinan disebabkan rendahkan kesadaran imunisasi. Tidak semua orang memiliki persepsi yang sama soal kebutuhan imunisasi. Banyak di antara mereka yang memilih tidak memberikan imunisasi anaknya dengan alasan karena tidak sakit. Sejalan dengan itu, capaian imunisasi di DIY tahun ini ditarget mencapai 95% dibandingkan 2016 dengan angka 90%.

“Karena imunisasi ini, tidak setiap orang punya persepsi yang sama, misal ora sakit kok ngopo wis diwenehi obat disik,” ujarnya.

Adanya kemiripan antara campak dengan rubela, maka pihaknya menggencarkan penggunaan imunisasi MR (measles rubela) di 2017. Sebelum pelaksanaan akan ada kampanye penggunaan vaksin MR. Targetnya pada Oktober 2017 mendatang sudah berjalan. Adapun pemberian imunisasi MR di DIY aakn dilakukan dengan sistem suntik dengan sasaran balita dan anak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya