SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto
Ilustrasi

Harianjogja.com, SLEMAN—Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Rochmat Wahab menilai, pelaksanaan Kurikukulum 2013 masih sebatas pergantian metedologi pengajaran. Sebab kurikulum baru belum dilaksanakan secara utuh.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Menanggapi pelaksanaan Kurikulum 2013 yang sudah dilaksanakan hampir sebulan, Rochmat menilai ada beberapa hal yang dapat dievaluasi, seperti kembali menelaah makna kurikulum.

“Kurikulum itu sebuah sistem. Ganti kurikulum berarti setiap hal yang berkaitan dengan pendidikan harus dilaksanakan secara utuh, menyesuaikan sistem yang baru. Tidak bisa dilakukan sepotong-potong,” ungkapnya saat ditemui di kantor UNY, Senin (12/8/2013).

Saat ini, imbuhnya, kurikulum yang baru belum dilaksanakan secara penuh. Misalnya jenjang pendidikan di SMA dan SMK yang hanya menerapkan kurikulum baru untuk tiga mata pelajaran (mapel). Yakni sejarah, matematika dan Bahasa Indonesia.Untuk mapel lain, guru direkomendasikan menggabungkan antara pendekatan lama dan baru.

Rochmat menilai, hal itu tidak dapat dilakukan. Pasalnya, pendidikan tidak dapat berjalan dengan dua buah sistem yang jauh berbeda.

Proses penanaman “roh” Kurikulum 2013 kepada guru dan kepala sekolah disebutnya juga tidak dapat dilakukan sebatas pemberian pelatihan singkat dan buku. Diperlukan pelatihan dan pendampingan secara berkelanjutan agar filosofi kurikulum baru tersebut dapat sepenuhnya dipahami pendidik.

Selain itu, esensi pendidikan SMA dan SMK juga harus diperhatikan. Sebab kedua jenjang ini memiliki visi misi yang berbeda. Penyamarataan ketiga mapel tersebut di kedua jenjang itu justru dipertanyakan Rochmat.

Sebagai contoh pada pendidikan sejarah. Menurut dia, siswa SMK cukup mendapat bekal pendidikan tersebut hingga SMP. Siswa SMK lebih membutuhkan penekanan mapel Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) sebagai modal pendidikan karakter ketika terjun ke dunia pekerjaan.

Sementara bagi siswa SMA, mapel tersebut diperlukan sebagai bekal melanjutkan pendidikan tinggi.

Pemberian materi antara SMA dan SMK juga tidak dapat disamakan. Akan lebih baik, imbuh dia, materi yang diberikan sesuai dengan kompetensi masing-masing. Misal Bahasa Inggris bagi SMA ditekankan pada struktur kalimat dan lainnya, sedangkan SMK lebih kepada penggunaan bahasa praktis sesuai keahlian.

Seperti Bahasa Inggris untuk Jurusan teknik atau Bahasa Inggris untuk Jurusan Administrasi. Penerapan tersebut, kata dia, sejalan dengan kebijakan Kurilukum 1975.

Dari sejumlah evaluasi ini, Rochmat mengungkapkan, sebaiknya pemerintah menuntaskan pemberian mapel di SMA dan SMK secara menyeluruh. Diharapkan tahun ini, pelaksanaan Kurikulum 2013 dapat dilangsungkan secara utuh.

“Kurikulum belum utuh semua. Mending nunggu utuh dulu, jangan terburu-buru atau sepotong-potong dengan menambah jumlah sekolah sasaran. Tetapi itu tergantung policy maker,” papar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya