SOLOPOS.COM - LABUHAN MERAPI PASCA ERUPSI:Iring-iringan Abdi Dalem beserta warga saat mengikutiProsesi berdo'a di Alas Bedengan saat berlangsung Labuhan Merapi untuk pertama kalinya pasca Erupsi Gunung Merapi akhir 2010 lalu, Cangkringan, Sleman (3/7/2011). HARIANJOGJA/GIGIH M. HANAFI

Labuhan Merapi digelar untuk mendoakan Sri Sultan Hamengku Buwono X

Harianjogja.com, SLEMAN – Ratusan warga lereng merapi, wisatawan serta abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat mengikuti ritual tradisi budaya labuhan Merapi, di kawasan lereng merapi Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Senin (9/5/2016) pagi.

Promosi Sejarah KA: Dibangun Belanda, Dibongkar Jepang, Nyaman di Era Ignasius Jonan

Prosesi digelar sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kesempatan itu Juru Kunci Merapi Mas Kliwon Suraksohargo mendoakan Sri Sultan Hamengku Buwono X agar selalu diberikan kesehatan dalam memimpin DIY.

Mas Asih, sapaan akrab juru kunci merapi, menjelaskan secara umum dalam proses labuhan ia mendoakan khususnya warga lereng merapi maupun warga DIY, agar selalu diberikan keselamatan dan terhindar dari marabahaya. Selain itu, secara khusus juga mendoakan Sri Sultan HB X.

“Semoga Ngarsa Dalem sebagai pemimpin selalu diberikan panjang umur, diberikan kesehatan, sehingga bisa memimpin DIY,” ungkapnya seusai memimpin prosesi labuhan, Senin (9/5/2016).

Dalam pelaksanaan labuhan tidak berbeda dengan tahun sebelumnya. Para peserta labuhan berangkat dari bekas kediaman almarhum Mbah Maridjan di Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan sekitar pukul 06.30 WIB.

Mereka berjalan kaki sekitar 1,5 kilometer ke arah puncak merapi menuju ke pos pertama Srimanganti. Di Srimanganti itulah berlangsung upacara labuhan merapi.

Adapun ubo rampe yang dilabuh terdiri atas, semekan gadhung melati, sinjang limar, semekan gadhung, sinjang cangkring serta paningset udaraga, masing-masing satu lembar.

Kemudian dilengkapi dengan beberapa makanan sesaji seperti nasi tumpeng, srundeng dan lauk ingkung ayam yang diberikan kembang setaman. Ubo rampe lain yang turut dilabuh adalah seloratus lisah konyoh [minyak], kelapa satu buah, uang dalam dua amplop, selembar destar doromuluk dan 10 biji seswangen.

Para abdi dalem, warga dan wisatawan yang mengikuti ritual itu secara keseluruhan kembali ke Kinahrejo di kawasan bekas kediaman Mbah Maridjan pukul 09.30 WIB. Selama pelaksanaan berjalan aman dan lancar dengan bantuan relawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya