Jogja
Selasa, 16 Agustus 2011 - 16:13 WIB

Lahan puso Bantul dapat bantuan Rp3,7 juta/ha

Redaksi Solopos.com  /  Budi Cahyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BANTUL—Kementerian Pertanian menggelontorkan bantuan ratusan juta rupiah kepada petani di Bantul yang mengalami gagal panen akibat serangan hama wereng dan kekeringan sepanjang tahun ini.

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertanhut) Bantul, Edy suhariyanta, Selasa (16/8) menyatakan, bantuan hanya diberikan kepada 56 hektare lahan yang puso karena wereng dan 95 hektare akibat kekeringan. Per hektare diberikan bantuan senilai Rp3,7 juta. Itu pun khusus lahan yang mengalami gagal panen total.

Advertisement

“Ada kabar baik untuk petani padi yang mengalami puso karena wereng dan kekeringan, karena dibantu Rp3,7 juta per hektare, khusus karena wereng total bantuannya Rp214 juta, untuk kekeringan belum dihitung totalnya,” terang Edy.

Lembaganya belum lama ini menyampaikan laporan kegagalan panen yang melanda petani Bantul kepada Kementerian Pertanian. Atas dasar itulah, kementerian menyetujui penggelontoran bantuan.

Bantuan bakal disalurkan lewat rekening kelompok. Saat ini menurutnya sudah ada lima rekening kelompok perwakilan petani yang mengalami gagal panen karena wereng. Sedangkan untuk kegagalan panen akibat kekeringan masih dalam proses. Minggu ini, Dispertanhut tengah menyiapkan berkas penerima bantuan berdasarkan fakta di lapangan. Kelompok penerima bantuan pun menurutnya sudah membuka rekening. Yakni dua rekening untuk kelompok  tani di Sedayu, dua lainnya di Piyungan serta satu rekening untuk kelompok tani di Pandak.

Advertisement

“Kami tengah persiapkan berkas untuk puso karena wereng sudah ada lima rekening perwakilan kelompok. Bantuan itu dimaksudkan untuk modal bertani bukan untuk konsumsi,” katanya.

Adapun lokasi kekeringan diketahui berada di Sedayu, Piyungan dan Wukirsari (Imogiri). Ke tiga daerah tersebut sedianya memiliki saluran irigasi namun tak cukup mengairi lahan karena debit air mengecil. Kecilnya debit air selain akibat pendangkalan sungai karena timbunan sedimentasi gunung Merapi juga ditengarai akibat perebutan air antara daerah hulu dan hilir.(Harian Jogja/Bhekti Suryani)

Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif