SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi (JIBI/Solopos/dok)

Lahan pertanian di Kota Jogja terbatas, sehingga Pemerintah Kota Jogja harus melakukan upaya khusus untuk pemenuhan kebutuhan pangan

Harianjogja.com, JOGJA- Sekitar 30% lahan pertanian di Kota Jogja akan dimanfaatkan untuk pembenihan padi label ungu guna mendukung pemenuhan kebutuhan benih di tingkat DIY atau nasional.

Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia

“Rencanaya, 21 hektare dari total 64 hektare lahan pertanian di Kota Jogja akan digunakan untuk pembenihan pada tahun ini,” kata Kepala Bidang Pertanian Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Jogja Benny Nurhantoro, baru-baru ini.

Menurut dia, lahan yang akan digunakan sebagai lokasi pembenihan padi tersebut adalah lahan tadah hujan. Petani dapat melakukan penanaman hingga dua kali dalam setahun dengan perkiraan produksi benih mencapai 252 ton.

Benih padi tersebut rencananya akan dikembangkan di empat kecamatan yaitu Umbulharjo, Kotagede, Mergangsan dan Tegalrejo.

“Luas lahan pertanian di Kota Jogja memang terbatas. Oleh karena itu, pembenihan padi merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan Jogja untuk mendukung ketahanan pangan,” katanya.

Benny mengatakan, meskipun benih yang diproduksi masih berlabel ungu atau berada di bawah label putih, namun kualitasnya tetap akan dijaga.

Selain fokus pada pembenihan padi label ungu, lanjut Benny, pihaknya juga aan melakukan distribusi beras baru, yaitu beras yang baru selesai digiling langsung didistribusikan ke masyarakat.

“Beras jenis apapun, jika dapat dikonsumsi saat masih baru dan belum terlalu lama tersimpan di gudang, maka rasanya pasti lebih enak. Kegiatan ini juga mendukung upaya ketahanan pangan,” katanya.

Pada tahun ini, Bidang Pertanian menganggarkan dana Rp338 juta untuk pengadaan alat penggilingan gabah menjadi beras sekaligus tempat penyimpanannya.

Di Kota Jogja hanya ada satu lokasi penggilingan gabah yaitu di Wirosaban. “Kami juga akan mengintensifkan koordinasi dengan Sleman dan Bantul yang memiliki lebih banyak alat penggilingan ini,” katanya.

Distribusi beras baru tersebut rencananya dilakukan melalui gabungan kelompok tani (gapoktan). “Koordinasi gapoktan lintas kota dan kabupaten juga perlu ditingkatkan. Misalnya saja, gapoktan dari Sleman bisa mengirim beras ke lima gapoktan di Jogja untuk selanjutnya langsung didistrbusikan ke masyarakat,” katanya.

Benny menambahkan, tujuan distribusi beras dari gapoktan ke masyarakat tersebut adalah memotong jalur distribusi sehingga masyarakat bisa memperoleh beras kualitas baik dengan harga terjangkau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya