Jogja
Selasa, 14 Oktober 2014 - 09:40 WIB

LALU LINTAS JOGJA : Atasi Kemacetan, Dishub Andalkan Rekayasa Lalu Lintas

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Harianjogja.com, JOGJA – Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Jogja mengklaim memiliki sejumlah rencana untuk menyelesaikan kemacetan Kota Jogja. Salahsatu yang bakal dilakukan adalah dengan merekayasa lalu lintas. Perubahan dua arah di sejumlah jalan menjadi searah tetap akan dilakukan.

Dalam waktu terdekat, akan ada rekayasa arus di Jl. Kemasan dan Jl. Mondorakan Kotagede. Sementara untuk Jl. Atmosukarto, sedang dipelajari dan dilakukan kajian, untuk dilakukan rekayasa lampu APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas), setelah sempat direkayasa menggunakan water barrier tetapi tak berhasil.

Advertisement

Jl. Kahar Muzakir juga masih dalam tahap dikaji dan dipelajari, apakah akan tetap dua arah, atau menjadi searah. Atau menjadi dua arah namun di waktu-waktu tertentu, sebagai penyeimbang arus di Jl. C. Simanjuntak. Water barrier yang sudah dipasang selama ini berada di Jl. Faridan M. Noto ke selatan. Pemasangan ini bertujuan agar pengendara dari utara, menuju ke timur memutar jalur mengikuti lingkar Stadion Kridosono, baru ke Jl. Abu Bakar Ali.

“Memang memberikan jarak tempuh yang jauh, namun waktu tempuh akan lebih singkat. Water barrier untuk mencegah kemacetan di titik tersebut apabila ada banyak kendaraan menyeberang,” ujar Eka Arnawati, Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Dishub kota Jogja, Jumat (10/10/2014).

Selain itu, dalam mengatasi kemacetan, Dishub telah menerapkan rekayasa lalu lintas dalam bentuk perubahan arus, dan pemasangan Area Traffic Control System (ATCS). Untuk merekayasa lalu lintas, dalam beberapa waktu terakhir, Dishub (yang tergabung dalam Forum Lalu Lintas) telah menerapkan jalur searah pada Jl. C. Simanjuntak dan Jl. Prof. Ir. Herman Yohanes.

Advertisement

Eka melihat perlu ada perubahan pola pandang masyarakat terhadap penggunaan jalur lalu lintas. Waktu tempuh yang singkat tidak melulu didapat melalui jarak tempuh pendek. Jarak tempuh pendek, disertai kepadatan kendaraan bahkan kemacetan, akan menimbulkan waktu tempuh yang panjang. Sebaliknya, jarak tempuh yang terlihat jauh, namun arus lancar, bisa memberikan waktu tempuh yang pendek.

“Keluhan yang muncul dari rekayasa searah yang dilakukan belum lama ini, karena masyarakat belum terbiasa. Perubahan itu biasa, karena dampak belum benar-benar dirasakan,” imbuh Eka, dijumpai di ruang kerjan

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif