Lalu lintas Jogja perlu ditata dan disesuaikan dengan kondisi daerah
Harianjogja.com, SLEMAN — Ide pembangunan bundaran untuk mengurai kemacetan di kawasan perkotaan DIY sulit dilakukan karena sempitnya jalan. Alternatif lain adalah pengalihan arus dengan membagi pada jalur dengan beban lalu lintas yang sudah 85%.
Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia
Dewan Peneliti Pusat Studi Transportasi Universitas Gadjah Mada (Pustral UGM) Arif Wismadi menjelaskan ada beberapa gagasan untuk menggunakan bundaran yang bisa mengurangi persoalan tundaan akibat lampu APILL di persimpangan. Namun persoalannya bundaran juga memiliki kapasitas untuk dapat berfungsi dengan baik. Secara teoritis, kata dia, bundara dapat berfungsi bila volume dibawah 85% dari kapasitas, jika lebih dari itu yang terjadi adalah penundaan arus menjadi berantai yang dapat berakibat pada kemacetan parah.
“Ide untuk lebih banyak membuat round-about [bundaran] di Kota Jogja akan terkendala dengan fakta bahwa volume lalu lintas harian rata rata di sebagian besar ruas Kota Jogja sudah melebihi 10.000 SMP [Satuan Mobil Penumpang],” terangnya kepada Harianjogja.com, Kamis (15/6/2017).
Padahal, kapasitas bundaran satu lajur hanya berkisar 1800 SMP. Kota Jogja yang ruas jalannya relatif sempit dan padat hunian sangat sulit untuk membuat bundaran berkapasitas besar.