SOLOPOS.COM - Shuttle Wisata (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Lalu lintas Jogja, pengelola shuttle wisata Jeron Beteng, Si Thole mengaku susah menuju lokasi wisata. Bus pariwisata yang parkir sembarangan jadi penyebab.

Harianjogja.com, JOGJA-Pengelola shuttle wisata Jeron Beteng Si Thole, Ari meminta Pemkot untuk menindak tegas kendaraan. Khususnya bus pariwisata yang parkir di tepi jalan umum.

Promosi Tragedi Bintaro 1987, Musibah Memilukan yang Memicu Proyek Rel Ganda 2 Dekade

Di beberapa simpang, misalnya simpang Titik Nol, simpang Gondomanan, sempat mengalami kondisi ‘stuck’. Dengan kondisi ini, apabila dirasa tidak memungkinkan menggunakan Thole, penumpang wisatawan yang ingin menuju ke Taman Pintar atau Malioboro, diturunkan di depan gedung Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) kemudian berjalan kaki menuju lokasi tujuan.

Sementara, wisatawan tujuan Taman Sari atau Magangan Keraton, masih bisa diupayakan untuk diantar sampai tujuan. Hanya saja, kendala ditemui bila di wilayah Ngasem, area parkir tidak hanya pada satu sisi, melainkan kedua sisi jalan. Shuttle akan bergerak semakin lambat dan memakan waktu tempuh lebih lama.

Tak hanya kepada Satlantas, pengelola Si Thole juga meminta bantuan Dinas Perhubungan sebagai rekan kerja Satlantas terkait lalu lintas, untuk menjalankan fungsi pengawasan dan kontrol terhadap kendaraan yang parkir di tepi jalan umum, juga ketaatan para pengguna kendaraan terhadap rambu-rambu lalu lintas. Kinerja dari kedua instansi ini, dinilai Ari masih jauh dari harapan.

Sesungguhnya, tidak hanya jalur Si Thole yang terhambat, melainkan kendaraan umum dan pribadi lainnya yang menggunakan jalur-jalur seperti Jl.KH.Ahmad Dahlan, Jl.Brigjen Katamso (Purawisata ke selatan), Jl.Panembahan Senopati, Jl.Suryotomo, Jl.Sultan Agung.

Kondisi ini amat memperihatinkan, mengingat, Pemkot telah memiliki sejumlah kantong parkir untuk bus dan kendaraan pribadi seperti di Tempat Khusus Parkir (TKP) Ngabean [kapasitas normal 30 bus, 30 mobil kecil], TKP Senopati [kapasitas 30 bus, 20 mobil], TKP Abu Bakar Ali [15 bus], Sri Wedani [50 mobil dan 150 motor], Terminal Giwangan [60 bus]. Selain itu tambahan TKP yang bertempat di bekas lahan kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kerjasama (STIEKers) dengan kapasitas 34-40 bus. Dan ada kantong parkir Malioboro II yang dikelola UPT Malioboro.

Lahan parkir STIEKers mulai digunakan sejak beberapa hari lalu. Pada 22, 23 Desember 2014 silam, kondisi TKP Ngabean kerapkali penuh. Sehingga, pihak pengelola TKP memberlakukan sistem drop out. Begitu kapasitas TKP penuh, tak ada lagi bus yang boleh masuk. Namun, penumpang bisa diturunkan di TKP Ngabean dan diantar ke lokasi wisata menggunakan Shuttle Si Thole. Bus diarahkan ke parkir STIEKers. Usai beriwisata, mereka dijemput kembali oleh bus wisata mereka.

Ditegaskan oleh Iwan, pengelola TKP Ngabean bahwa pihak pengelola sama sekali tidak memberlakukan tindak pemadatan kendaraan. Karena berakibat pada sulitnya kendaraan yang bermaksud keluar dari TKP Ngabean.

“Dengan adanya sistem drop out, diharapkan bus yang parkir di tepi jalan umum berkurang. Mudah-mudahan parkir portable [atas] sudah jadi pada 2015,” ungkap Iwan, dijumpai akhir pekan lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya