Jogja
Minggu, 4 Maret 2012 - 09:35 WIB

LAPORAN UTAMA: Dilema Bisnis Persewaan Buku

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - PILIH BUKU—Seorang pengunjung tengah memilih komik yang akan disewanya di salah satu persewaan buku (JIBI/HARIAN JOGJA/HOLY KARTIKA N.S)

Holy Kartika N.S & Devi Krismawati/JIBI/Harian Jogja

PILIH BUKU—Seorang pengunjung tengah memilih komik yang akan disewanya di salah satu persewaan buku (JIBI/HARIAN JOGJA/HOLY KARTIKA N.S)

Advertisement

Jumlah penyewa buku dan komik di gerai persewaan belakangan memang menurun. Serba digital menjadi penyebabnya. Namun, beberapa gerai persewaan atau yang biasa disebut taman bacaan masih bertahan. Para pembaca penyewa belum hilang.

Jika dibandingkan era 1990-an gerai persewaan buku dan komik kini makin sepi. Buku dan komik online menjadi penyebab utama sepinya pembaca penyewa. Namun peminat setia persewaan buku dan komik tak begitu saja hilang.
Persewaan buku dan komik di Kota Jogja bisa dibilang masih cukup banyak. Peminatnya tentu ada terus. Jika tidak, persewaan pasti telah punah. Harga buku yang melambung dan minat baca yang tinggi menjadikan sebagian besar peminjam buku ini memilih menyewa saja.

Advertisement

Jika dibandingkan era 1990-an gerai persewaan buku dan komik kini makin sepi. Buku dan komik online menjadi penyebab utama sepinya pembaca penyewa. Namun peminat setia persewaan buku dan komik tak begitu saja hilang.
Persewaan buku dan komik di Kota Jogja bisa dibilang masih cukup banyak. Peminatnya tentu ada terus. Jika tidak, persewaan pasti telah punah. Harga buku yang melambung dan minat baca yang tinggi menjadikan sebagian besar peminjam buku ini memilih menyewa saja.

Seperti penuturan Jeffri, pemilik taman bacaan Cendekia di kawasan kampus Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia (UII), Condongcatur, Depok, Sleman. Ia mengaku membuka persewaan buku karena minat baca di DIY cukup tinggi.

“Awalnya dari hobi membaca dan mengoleksi buku. Lalu saya melihat di Jogja ini bagus sekali peluang untuk membuka taman bacaan. Pertama buka di Babarsari, lalu buka lagi di Pogung, Condongcatur, dan UGM,” ujarnya Sabtu (3/3).
Meski demikian Jeffri  yang mendirikan taman bacaan pada 1999 lalu menyebut, belakangan animo membaca semakin berkurang. “Kalau dibandingkan empat sampai lima tahun lalu, sekarang minat baca khususnya mahasiswa semakin menurun. Mungkin karena adanya komik online,” ujarnya.

Advertisement

Iyan Ardiansyah, penyewa komik langganan Cendekia ini mengaku sayang bila harus membeli komik. “Komik kan, biasanya cuma dibaca sekali, habis itu udah enggak lagi. Jadi kalau beli sayang duitnya, mending pinjam, harganya juga lebih murah,” ujar mahasiswa jurusan Ekonomi UII, Sabtu (3/3).

Yuli Jayanti, penjaga taman bacaan Asterix di Jalan Babarsari, Tambak Bayan, Sleman menuturkan menuturkan Selain lebih murah penyewa menjadi lebih leluasa meminjam dalam jumlah berapa pun. Bahkan Yuli mengaku beberapa pelanggan meminjam hingga puluhan komik.

“Dalam sehari bisa seratus komik dan novel yang keluar. Apalagi kalau menjelang liburan, ada yang sampai pinjam 40 buku,” imbuhnya.

Advertisement

Kalau dulu komik-komik Jepang yang paling diburu. Tren Korea Pop atau K Pop juga mulai merambah pecinta komik. Komik-komik Korea kini semakin digandrungi, bahkan melebihi komik Jepang yang sudah terlebih dulu menguasai pasar komik. “Sekarang komik-komik Korea makin banyak disewa. Kalau kata sebagian pembeli, gambar tokoh-tokohnya lebih cantik dan ganteng,” ujar Yuli.

Sedangkan untuk novel, masing-masing taman bacaan memiliki penggemarnya sendiri. Seperti di taman bacaan Asterix, novel yang banyak diburu adalah novel-novel percintaan dan misteri yang umumnya merupakan komik luar terjemahan.
Berbeda lagi dengan di Cendekia, novel-novel remaja atau Teenlit justru lebih banyak diburu. Bukunya yang cenderung lebih tipis, dan ceritanya yang lebih menarik dan lebih diminati para penyewa.

Omzet Turun
Maraknya buku dan komik online mau tak mau membuat pendapatan taman bacaan merosot.”Sejak komik online mulai marak, omset kami memang menyusut, dulu sebelum masuk omset dalam sehari bisa mencapai sekitar Rp300.000 hingga Rp400.000, namun saat ini hanya berkisar Rp200.000,” ujar Pemilik Persewaan Buku Afro, Arman Krisyudanto saat ditemui di kiosnya Jalan Lempuyangan No. 28, Sabtu (3/3).

Advertisement

Meski demikian, Arman menambahkan dengan terus menghadirkan koleksi-koleksi terbitan terbaru, prosedur menyewa yang mudah hanya dengan menggunakan kartu identitas serta sering mengadakan promo peminjaman, usaha penyewaan buku yang dikelola bersama saudaranya, Marwan Ardianto, masih tetap bertahan di tengah banyaknya usaha penyewaan buku yang akhirnya gulung tikar.

“Usaha ini kami dirikan sejak 1996, awalnya dari hobi baca dan mengkoleksi buku saja, akhirnya kami kumpulkan, kami juga mendapatkan sumbangan buku dari beberapa teman yang juga mempunyai koleksi komik dan novel, pertama kali modalnya yang terlihat hanya untuk sewa tempat, dulu pertama di Maguwo sewa tempatnya Rp2 juta per tahun, kemudian pindah ke Glagah Sari dan sekarang kami juga memiliki cabang di Jalan Lowanu,” kata Arman.

Lebih lanjut, ceritanya, persewaan bukunya ini menyediakan komik dan juga novel, sedangkan harga sewa yang diberikan, untuk novel yakni 10% dari harga buku, sedangkan untuk komik sekitar 8% dari harga komik.

“Saat ini yang lagi ramai komik jepang dan juga komik korea, novel juga tetap ramai, novel ini harus selalu ada dan update, novel bisa menyumbang omzet hingga 40 persen,” katanya.

Untuk harga sewa komik misalnya dari harga komik Rp16.500 biasanya ia sewakan dengan harga Rp1.300 per hari, sedangkan komik yang harganya Rp18.500 disewakan dengan harga Rp1.600 per harinya, ada juga yang disewakan Rp2.400 dan Rp3.000.

Sedangkan untuk novel dari Rp2.800, novel-novel roman Rp5.000 hingga Rp6.000 dan yang termahal adalah Novel Harry Potter terbaru yang dibandrol dengan harga Rp20.000. “Dan jika sudah beberapa bulan harganya turun menjadi Rp600 per hari,” katanya.

Tidak hanya serbuan komik online yang membuat usahanya mengalami penyusutan, namun juga karena risiko, hilang atau rusaknya buku yang di pinjam.

Persewaan Buku Otaku yang berlokasi di Jalan Langgensari No. 34 mengatakan kemudahan prosedur penyewaan dan koleksi terbaru memang menjadi hal penting yang harus disediakan penyewaan buku untuk terus dapat bertahan. “Komik-komik baru selalu hadir setiap minggunya,” ujar pengelola Penyewaan buku Aditya, Sabtu(3/3).

Sementara untuk harga, tidak jauh berbeda dengan Afro, harga yang ditawarkan untuk komik dari mulai Rp1.300 hingga Rp2.000. “Semoga kami masih dapat terus bertahan di tengah semakin majunya teknologi yang membuat orang mudah mengakses komik atau buku,” ujarnya. (ali)

Advertisement
Kata Kunci : Bisnis Buku DILEMA Persewaan
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif