SOLOPOS.COM - Dugem ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/dok)

Dugem ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/dok)

Gaya hidup pelajar di Jogja dari hari ke hari semakin meniru tingkah anak muda kota besar. Dugem, hingga mabuk-mabukan sudah banyak dilakukan para pelajar tersebut.

Promosi Kisah Pangeran Samudra di Balik Tipu-Tipu Ritual Seks Gunung Kemukus

Berdasarkan pantauan Harian Jogja, banyak pelajar sering menghabiskan malam minggu di tempat hiburan. Minuman keras pun juga tidak bisa lepas dari mereka. Sabtu, (2/6), sekitar pukul 22.00 WIB pelataran tempat hiburan di di Jalan Magelang masih saja tampak lenggang. Kendaraan roda dua serta empat yang biasanya berjubel menghiasi tempat itu tidak terlihat sama sekali kendati malam itu adalah malam minggu. Namun sekitar satu jam kemudian,  beberapa kendaraan bermotor terutama roda mulai dua nampak mulai berdatangan. Secara silih berganti mereka mulai memasuki halaman parkir kafe.

Mereka datang secara berkelompok dengan jumlah dua hingga lima motor. Clubbers pria (istilah untuk penikmat hiburan malam) sebagian besar mengenakan kemeja yang dipadu dengan celana jeans. Adapun perempuan tampil sedikit lebih seksi lantaran sebagian besar dari mereka mengenakan pakaian ketat dengan rok diatas lutut belum lagi dengan bau parfum yang menggoda. Sesampainya di halaman parkir, mereka pun lantas menuju ke pintu masuk untuk membeli karcis masuk seharga Rp35.000.

Tempat hiburan yang berada di sejumlah wilayah di DIY, telah menjadi tempat yang menyenangkan bagi mahasiswa serta pelajar untuk menghilangkan penat mereka dari rutinitas harian.

Bahkan tempat hiburan itu telah menjadi jujukan untuk merayakan keberhasilan.  Heri Prasetyo, 18, salah satu siswa SMA di Gunungkidul bersama empat temannya bahkan rela melawan dinginnya malam untuk bisa menikmati sajian musik disko di tempat hiburan. “Ini untuk merayakan kelulusan kan kemarin habis ujian mas,” ungkapnya kepada Harian Jogja, Sabtu, (2/6). Remaja yang berencana hendak masuk di perguruan tinggi swasta Jogja itu mengaku sudah sejak duduk di bangku kelas dua telah berkunjung ke kafe. “Orangtua juga tahu kok dan diperbolehkan,” katanya.

Heri mengungkapkan problem yang dialaminya sebagai seorang remaja yang kerap dihadapkan pada sejumlah persoalan menjadi salah satu pemicu untuk datang ke kafe. “Seringnya ke sini kalau pas lagi stres,” akunya.

Meski belum bekerja, Heri mengaku bisa menghabiskan uang mencapai Rp500.000 untuk sekali datang. Uang sebesar itu digunakan untuk membeli beberapa pitcher minuman keras. “Tapi kalau pas ada temen ulang tahun enggak sampai segitu. Paling saya cuman bayar tiket masuk saja,” kata Heri yang tidak menjelaskan asal uangnya.

Kondisi itu tentunya sangat ironis jika melihat prestasi yang diukir pelajar SMP dan SMA DIY dalam ujian akhir nasional beberapa waktu lalu. Untuk hasil UAN SMA, DIY masih kalah dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Jawa. Bahkan untuk UAN SMP, Jogja berada di nomor tiga terbawah secara nasional.

Artis

Tak hanya pelajar yang sering mendatangi tempat hiburan. Sejumlah mahasiswa termasuk dari luar Jawa juga sering dugem untuk melepas penat.

Heri, 23, salah satu mahasiswa asal Sumatera mengaku tertarik untuk datang ke kafe lantaran senang dengan hiburan, terutama saat menghadirkan artis kenamaan. “Kalau seperti kemarin ada Jamrud, Agnes Monika saya bersemangat datang kesini,” ujarnya.

Tidak tanggung-tanggung, untuk memuaskan hasratnya pada hiburan malam ia mengaku bisa menghabiskan uang hingga Rp1,5 juta. Uang itu ludes dalam semalam untuk memberi beberapa botol minuman, jumlah itu kata dia, terasa ringan jika beberapa temannya ikut pergi dengannya. “Tergantung kalau banyak teman kan bisa berpatungan jadi hanya sedikit mengeluarkan uang,” ungkapnya.

Didalam kafe tersebut, Heri berbaur dengan ratusa pengunjung lainnya.Para pengunjung itu sebagian besar tampak duduk berjejeran di kelas-kelas yang telah disediakan pihak pengelola. Sebagian besar pengunjung menghisap rokok hingga membuat asap rokok mengepul di seisi penjuru ruangan sehingga membuat kesan sumpek. Tepat dihadapan meja duduk mereka tersaji beberapa gelas besar berukuran 350 ml berisikan minuman jus buah yang dicampur dengan minuman berakohol. Namun beberapa di antaranya juga terlihat lebih memilih untuk meminum softdrink, minuman ini nampaknya menjadi pilihan bagi pengunjung wanita.

Pemandangan itu terasa kontras jika dihadapkan di bangku duduk VIP, dimana beberapa botol minuman keras dengan harga mahal tersaji di meja tersebut. Pengunjung kelas ini, sedikit berkantong tebal lantaran botol minuman itu dibandrol dari harga Rp500.000-Rp1,5 juta.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Fajar Cristian alias Dadang, bartender di salah satu tempat hiburan, minuman campuran yang dikemas dalam pitcheran paling diminati pengunjung lantaran harga yang relatif lebih murang. “Kalau yang pitcheran paling banyak diminati di sini karena harganya cuman Rp125.000 beda dengan botolan,” ujarnya.

Fajar menjelaskan sebagian besar pengunjung kafe mayoritas berasal dari kalangan mahasiswa, pekerja, dan sisanya adalah pelajar. “Ada pelajar cuman jumlahnya tidak banyak,” ungkapnya.

Sosiolog UGM, Oki Rahardianto menuturkan sebagian orangtua sering mengaitkan kehidupan anak muda saat ini dalam kehidupan konsumerisme. Hanya ia menyatakan tidak setuju jika sikap tersebut dihubungkan dengan hedonisme.

”Sedikit berlebihan saya bilang jika Jogja disebut hedonis,” ujar dia kepada Harian Jogja, Minggu (3/6).

Pria yang menjadi Sekretaris Pusat Kajian Kepemudaan (Youth Studies Centre-YouSure) FISIPOL UGM ini justru menyampaikan sampai saat ini Jogja masih memiliki roh sebagai kota pelajar. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih tingginya tingkat kepercayaan orangtua siswa maupun mahasiswa akan kualitas pendidikan di Jogja sehingga mengirim putra-putrinya bersekolah atau berkuliah di Jogja.

Dalam melihat fenomena ini, Oki justru menilai setiap hal yang dialami remaja saat ini sebagai upaya mencari jati diri.  ”Pada akhirnya mereka sendiri bisa memilih dan memilah secara kritis sehingga tidak terjebak dalam budaya konsumerisme,” urai dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya