Jogja
Minggu, 13 Mei 2012 - 09:41 WIB

LAPSUS PENDIDIKAN: Ekskul Juga Prioritas

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Karya siswa (JIBI/Harian Jogja/dok)

Kegiatan ekstra kurikuler SMP 2 Karangmojo (JIBI/Harian Jogja/dok)

Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah begitu penting. Tak hanya menjadi wadah penyaluran bakat siswa, kegiatan ini juga membantu siswa menyiapkan mental menghadapi tantangan. Siswa pun lantas sibuk membagi waktu.

Advertisement

Kanan priroritas, kiri prioritas. Begitu kira-kira gambaran siswa sekarang. Ibarat benda, tangan kanan dan tangan kiri siswa dibebani dua hal yang sama penting: pelajaran di kelas dan kegiatan ekstrakurikuler (ekskul).

Bagus Darmawan, siswa Kelas 11, SMAN 3 Jogja mengatakan harus dapat membagi waktu ketika aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan aktif dalam kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).

Advertisement

Bagus Darmawan, siswa Kelas 11, SMAN 3 Jogja mengatakan harus dapat membagi waktu ketika aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan aktif dalam kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).

Saat ini, Bagus aktif dalam ekskul teater dan perisai diri. Itu belum termasuk aktivitasnya dalam kegiatan peleton inti dan OSIS. Belum lagi di OSIS jabatannya juga tak ringan setelah sebab ia didaulat sebagai Sekretaris I. “Kalau ada tugas langsung dikerjakan hari itu juga, jika tidak justru malah akan menumpuk,” katanya kepada Harian Jogja, Jumat (11/5).

Tapi katanya, tidak semua siswa dapat meniru apa yang ia lakukan dalam mengatur waktu. “Banyak sih yang keteteran karena mereka pada menunda-nunda tugas,” ujarnya.

Advertisement

Walau begitu menurutnya tidak seluruh guru memiliki pemahaman yang sama tentang itu. “Ada guru yang berpandangan sama [ekskul juga penting], ada pula yang tidak dan mementingkan akademik sekolah,” ujarnya.

Tak hanya Bagus, siswa SMA 1 Depok, Sleman, Deta Hapsari dan Fika Yitnawati, sejak kelas 10, mereka tertarik untuk aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler cheerleaders.

Awalnya, mereka juga tak mengerti mengapa kemudian memilih ekskul tersebut. Sebatas mereka tahu,cheerleaders kegiatannya hanya teriak-teriak dan “jual body” saja, namun setelah aktif di dalamnya mereka sangat menikmatinya karena ada kepuasan tersendiri. “Ketika bisa membentuk piramida tanpa ada yang jatuh itu kepuasannya,” kata Deta. Selain itu bagi Deta dan Fika, ekskul cheerleaders adalah kegiatan di sekolah yang memiliki hubungan kekeluargaan yang baik sehingga merasa betah.

Advertisement

Saking asyiknya, mereka mengaku kerap keteteran mengikuti kegiatan belajar mengajar. Sebab selain harus latihan sesuai jadwal, kadang-kadang anggota cheerleaders latihan berlebih karena padatnya jadwal lomba. Dalam sebulan,bisa dua kali perlombaan mereka ikuti. “Latihan yang seharusnya dua kali dalam seminggu,bisa lebih,” ujarnya.

Untuk itu, Deta mengatur jam belajarnya pada malam hari.Setelah latihan sampai sore hari pukul 17.00, Deta memilih istirahat dulu, baru malam hari sekitar pukul 22.00, bangun untuk belajar.

Karya siswa (JIBI/Harian Jogja/dok)

Advertisement

Sangat Positif
Ignatius Bagas Septian Prihantyo, siswa Kelas IX F SMP Negeri 1 Wates, Kulonprogo menyebut eskul yang ada di sekolah sangat positif dan bagus. “Sebab, eskul di sekolah membekali siswa untuk menggali bakat yang dimilikinya,” ungkap Bagas kepada Harian Jogja, Jum’at (11/5).

Siswa asal Dusun Jogobayan, Banjararum, Kecamatan Kalibawang, Kulonprogo itu mengatakan, selama ini kegiatan eskul mampu memberi meningkatkan kreativitas para siswa. “Kombinasi kegiatan formal dengan Eskul itu bisa menumbuhkan siswa agar lebih kreatif,” katanya.

Bagas sendiri mengaku memilih eskul musik yang disesuaikan dengan bakat yang dia miliki. Meski begitu, katanya, setiap siswa dibatasi maskimal mengikuti dua ekskul. Kebijakan tersebut, kata Bagas, untuk mengatur jadwal belajar siswa agar tidak terganggu. Bahkan Bagas mengusulkan, agar ekskul bisa ditambah dengan ekskul teknologi. “Usul saya, agar sekolah menyediakan eskul teknologi khususnya robotika. Memang saat ini sudah ada esklul elektronika namun tidak spesifik membahas perkembangan robotika secara mendetail. Padahal, kebutuhan tentang robotika ke depan sangat penting,” ungkap Bagas.

Senada dengan Bagas, Noviani Dwi Astuti, siswi kelas VII D SMP N 2 Karangmojo, Gunungkidul mengaku, mengikuti ekstrakurikuler membantunya menyalurkan hobi dan bakatnya, yakni melukis. Saat ditemui Harian Jogja, Sabtu, (12/5) di sekolahnya, Novi tengah mempersiapkan diri mengikuti lomba lukis antar pelajar SMP tingkat kabupaten di ruangan keterampilan sekolahnya.

“Saya senang saja ikut ekstrakurikuler karena pada dasarnya saya senang melukis. Dengan ikut ekstra ini saya bisa belajar dan meningkatkan kemampuan melukis saya,” aku Novi.

Diungkapkan Novi, kegiatan ekstrakurikuler tidak mengganggu pelajarannya di sekolah. Bahkan, semester lalu, siswi yang gemar melukis sejak SD ini meraih predikat juara 1 di kelasnya.

Evaluasi Kebijakan
Soal ekskul, Koordinator Kedisplinan Siswa Badan Konseling SMA N 3 Jogja, Rien Hartati mengatakan pihaknya memang tidak memfokuskan siswa pada kemampuan akademik saja, melainkan siswa diarahkan pada pengembangan minat dan bakat siswa.

Namun menurutnya kebijakan itu selalu dievaluasi dengan pertimbangan memberatkan siswa atau tidak. Setiap tahunnya, OSIS menggelar tiga event besar, di antaranya fun bike dan Pentas Seni Komunitas Padmanaba (Psikopat). Dan,ini telah disepakati dalam program kerja OSIS selama satu tahun. Jika kemudian ada usulan event yang dilakukan mendadak di luar proker tersebut, Rien mengatakan hal itu tidak akan dizinkannya.

Rien mengatakan tidak ada dispensasi nilai bagi siswa yang aktif. Katanya, BK selalu mengingatkan kepada siswanya agar dapat sebaik mungkin mengatur waktunya. “Pintar itu biasa, tapi kalau cerdas dan bisa disiplin waktu itu hebat,” begitu pesan yang disampaikan kepada siswanya.

Sementara, salah satu guru ekskul di SMPN 1 Wates, Usman Suroso mengakui, bila selama ini kegiatan ekskul di sekolahnya berjalan baik. Dia sendiri mengampu ekskul bidang jurnalistik. “Memang, siswa boleh mengikuti maksimal dua ekskul. Namun, tetap yang masuk dalam penilaian di rapor hanya satu ekskul saja,” kata warga asal Kebondalem, Kulur, Kecamatan Temon, Kuloprogo itu. Pembatasan tersebut dilakukan agar belajar siswa tidak terganggu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif