Jogja
Minggu, 29 Juli 2012 - 09:56 WIB

LAPSUS TRANSPORTASI: Calo Tiket Siasati Petugas

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi

ilustrasi

JOGJA—Siapa bilang calo tiket kereta api menjelang Lebaran surut jumlahnya? Keberadaan calo tiket tetap marak meski ada larangan keras percaloan. Di Stasiun Tugu, Harian Jogja mendapati calo tiket yang tetap beroperasi meski harus menyiasati petugas.

Advertisement

Salah satu calo yang tetap beroperasi itu sebut saja Agung, 30. Ia telah bertahun-tahun menjadi calo tiket di Stasiun Tugu Jogja. Dengan makin ketatnya penjagaan petugas, Agung harus pandai bersembunyi. “Hanya mereka yang berani dengan risiko besar yang berani mangkal [beroperasi] di stasiun,” ujarnya.

Setelah ada kebijakan pelarangan calo di Stasiun Tugu menurutnya beberapa ada yang kemudian memilih pindah ke Stasiun Lempuyangan ada pula yang lebih memantau dari kejauhan sepertinya. “Dari pada nanti terjaring lebih baik jadi juru parkir,” tuturnya.

Advertisement

Setelah ada kebijakan pelarangan calo di Stasiun Tugu menurutnya beberapa ada yang kemudian memilih pindah ke Stasiun Lempuyangan ada pula yang lebih memantau dari kejauhan sepertinya. “Dari pada nanti terjaring lebih baik jadi juru parkir,” tuturnya.

Dan ketika ada orang yang kebigungan kehabisan tiket,dirinya baru menyinggungnya. Itupun katanya sekarang penuh was-was. Sebab ia khawatir jika orang tersebut hanya menjebak dirinya untuk dilaporkan kepada petugas.

Setelah terlihat bahwa orang tersebut butuh. Biasanya orang tersebut akan diajak ke suatu tempat jauh dari keramaian atau loket penjualan tiket. Disitulah kemudian negoisasi berlangsung antara keduanya.

Advertisement

Agung menyebut calo tidak menggunakan baju berseragam, namun hanya menggunakan baju biasa dan tampak seperti orang biasa. Tapi ketika melihat gerak-gerik orang yang kebingungan,calo baru mendekatinya.

”Kalau keduanya saling membutuhkan biasanya tak soal walau harga tinggi sekalipun,” ungkapnya kepada Harian Jogja, Jumat (27/7).

Agung menyebut harga bisa mencapai dua kali lipatnya dari harga tiket yang sudah naik saat lebaran. ”Misalnya untuk harga tiket bisnis tarif hari biasa sekitar Rp140.000-an. Nah lebaran kan biasa naik. Dari harga yang naik itu kalikan dua,” terangnya.

Advertisement

Akan tetapi Agung mengaku sekarang ini lebih sulit untuk dapat memenuhi tanggal pemberangkatan dengan kereta yang diinginkan konsumennya pula, sebab belakangan pengawasan ketat.

Dulu sekitar dua tahunan yang lalu menurutnya lebih mudah. Tiket tidak hanya diperoleh dengan calo mengantre sendiri tapi juga dapat diperoleh dari orang dalam PT KAI. “Dahulu dengan yang ngurusi tiket [orang dalam PT KAI] mudah sekali kita mendapatkannya karena sama-sama diuntungkan, sama-sama mencari makan,” ungkapnya.

Praktik serupa juga terjadi di Stasiun Wates, Kulonprogo. Para calon tidak secara terang-terangan menawarkan jasanya. Mereka baru bergerak jika ada permintaan dari calon pembeli. Hal itu terlihat dari transaksi pembelian tiket di salah satu warung yang berada di kompleks stasiun.

Advertisement

Saat itu ada salah seorang calon penumpang yang memesan beberapa lembar tiket dengan total nominal Rp220.000. Dari jumlah itu, sang calo hanya mengambil keuntungan sekitar Rp70.000 sementara sisanya sebanyak Rp150.000 diberikan kepada petugas stasiun yang sehari-hari bertugas mengatur parkir di stasiun tersebut.

Terpaksa Lewat Calo

Keberadaan calo tiket tak lepas dari kebutuhan konsumen. Sejumlah calon penumpang di Stasiun Wates, Kulonprogo, mengaku terpaksa membeli lewat calo karena kehabisan tiket kereta api.

“Saya berusaha mendapatkan tiket entah itu lewat calo. Tahun lalu sih memang bisa dapat tiket lewat calo. Tapi harus sabar karena calo di sini tidak terang-terangan,” ujar salah satu calon penumpang di Stasiun Wates, Wahyu, 43, warga Temon, Kulonprogo.

Sementara itu kekecewaan juga dirasakan para calon penumpang lain di Stasiun Wates karena tiket jurusan Jakarta hingga setelah Lebaran telah ludes. “Ternyata pada tanggal 22 dan 23 semua tiket sudah terjual. Bayangkan tiket baik untuk kereta api kelas ekonomi bisnis atau eksekutif semua sudah habis.” ujar Sukana, 36, warga Kedungsari, Pengasih, Kulonprogo.

Sebelumnya, Kepala Sasiun wates Anan Hadianta mengakui keberadaan calo di area stasiun yang dipimpinya. Meski demikian ia mengaku sangat sulit membasmi para calo tersebut.” Saya yakin selama masih ada permintaan dari konsumen, calo akan tetap ada, ujarnya. Calo tiket sulit dihilangkan.”

Menurut penelusurannya, sistem kerja calo bisa dibedakan menjadi dua macam yakni calo yang memang sudah dapat pesanan dari calon pembeli, kemudian mencari tiket dan berikutnya calo yang memborong tiket terlebih dahulu kemudian dijual kepada siapa saja yang membutuhkannya.

Untuk meminimalisasi permainan calo, pihak stasiun menerapkan aturan pembelian harus disertakan dengan KTP sehingga bisa dicocokan antara nama pembeli di tiket dan KTP-nya. Meski demikian, aturan tersebut baru berlaku efektif 1 September 2012.

Kepala Humas PT KAI Daops VI Jogja Eko Budiyanto menyatakan pihaknya telah melarang tegas keberadaan calo. Bagi warga yang mendapati atau menjadi korban calo diminta segera melaporkan calo tersebut dengan menunjukan barang bukti.

“Kami berikan imbalan Rp500.000 beserta tiket yang dibelinya kami berikan gratis,” ujar Eko kepada Harian Jogja.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif